Berita Lhokseumawe
Jelang Bulan Syawal 1442 H, Gerhana Bulan Total akan Terjadi, Ini Hasil Kajian Ilmu Falak
Sesuai kajian ilmu falak, pada Bulan Syawal 1442 H akan terjadi persitiwa langit berupa gerhana bulan total.
Penulis: Saiful Bahri | Editor: Nurul Hayati
Sesuai kajian ilmu falak, pada Bulan Syawal 1442 H akan terjadi persitiwa langit berupa gerhana bulan total.
Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Berdasarkan tahun hijriah, kini sedang berlangsungnya Bulan Ramadhan.
Tepat pada Kamis (29/4/2021) hari ini, sudah memasuki 17 Ramadhan 1442 H.
Artinya, sekitar 13 hari kedepan akan mulai memasuki Bulan Syawal 1442 H.
Sesuai kajian ilmu falak, pada Bulan Syawal 1442 H akan terjadi persitiwa langit berupa gerhana bulan total.
Gerhana bulan total pada Bulan Syawal 1442 H, nantinga merupakan gerhana pertama yang akam terjadi pada tahun 2021 (secara tahun masehi).
Berikut hasil kajian ilmu falak.
Dosen Ilmu Falak Jurusan Jurusan Astronomi Islam Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, Tgk Ismail Is, menyebutkan, pada tahun 2021, secara kajian ilmu falak, akan terjadi empat kali gerhana, yakni dua kali gerhana matahari dan dua kali gerhana bulan.
Rinciannya:
Baca juga: Bimbel Online Medco untuk 250 Siswa Selasai, Diharap Mampu Mengejar Ketertinggalan Akibat Covid 19
1. Gerhana bulan total, 26 Mei 2021 M atau 15 Syawal 1442 H .
Artinya, gerhana perdana pada tahun 2021 (secara tahun masehi ini akan terjadi sekitar 27 hari lagi).
2. Gerhana bulan parsial, 19 November 2021 M atau 15 Rabiul Akhir 1443 H.
3. Gerhana matahari cincin, 10 Juni 2021 M atau 29 Syawal 1442 H.
4. Gerhana matahari total, 4 Desember 2021 M atau 29 Rabiul Akhir 1443 H.
Dari empat gerhana yang akan terjadi pada tahun 2021, lanjut Tgk Ismail, hanya satu kali gerhana yang bisa dilihat dari Aceh, yaitu gerhana bulan total yang akan terjadi pada 26 Mei 2021 mulai pukul 16.45.19 WIB sampai pukul 19.51.41 WIB atau selama tiga jam enam menit 22 detik.
Baca juga: Warga Terkonfirmasi Covid-19 Terus Bertambah, Ini Imbauan IDI Lhokseumawe
"Gerhana bulan total ini dasarnya bisa disaksikan di seluruh Indonesia, termasuk Aceh, yakni saat bulan terbit di ufuk timur sampai peristiwa gerhana selesai," pungkasnya.
Sedangkan tiga kali gerhana lagi (dua gerhana matahari dan satu gerhana bulan), tidak bisa dilihat di Aceh.
Sebabnya, gerhana bulan parsial, 19 November 2021 M atau 15 Rabiul Akhir 1443 H tidak terlihat di Aceh, karena saat terjadi gerhana, matahari belum terbenam di Aceh.
Untuk gerhana matahari cincin, 10 Juni 2021 M atau 29 Syawal 1442 H, tidak terlihat di Aceh, karena kejadian gerhana terjadi di kutub utara.
Seterusnya, gerhana matahari total, 4 Desember 2021 M atau 29 Rabiul Akhir 1443 H, tidak terlihat di Aceh karena kejadian gerhana terjadi di kutup selatan.
Untuk diketahui, gerhana merupakan peristiwa terhalangnya cahaya dari sebuah sumber oleh benda yang lain, seperti terhalang cahaya matahari oleh bulan yang menyebabkan terjadinya gerhana matahari dan terhalang cahaya matahari oleh bumi yang menyebabkan gerhana bulan.
Baca juga: Rekaman Bocor ke Publik, Menteri Luar Negeri Iran Bantah Mencalonkan Diri Sebagai Capres
Gerhana matahari terjadi pada fase bulan baru (new moon).
Sedangkan gerhana bulan terjadi pada fase bulan purnama (full moon).
Namun, tidak setiap bulan baru akan terjadi gerhana matahari dan tidak setiap bulan purnama terjadi gerhana bulan.
Hal ini disebabkan, bidang orbit bulan dalam mengitari bumi tidak sejajar dengan bidang orbit bumi dalam mengitari matahari.
Gerhana matahari dikenal ada empat jenis:
Pertama gerhana matahari total, dimana saat puncak gerhana terjadi, seluruh piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan, sehingga matahari terlihat hitam dan memancarkan cahaya korona yang indah.
Kedua, gerhana parsial, dimana saat puncak gerhana terjadi hanya sebagian piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan.
Ketiga, gerhana cincin, dinamai dengan cincin karena saat puncak gerhana terjadi, piringan bulan hanya menutupi pertengahan piringan matahari saja, sehingga matahari terlihat bercahaya pada lingkaran pinggir saja yang berbentuk mirip cincin dan pada posisi tengah matahari berwarna hitam.
Keempat, gerhana hibrida, dimana saat puncak gerhana terjadi, di satu daerah terlihat gerhana matahari total dan di daerah lain terlihat berbentuk gerhana cincin.
Baca juga: Rekaman Bocor ke Publik, Menteri Luar Negeri Iran Bantah Mencalonkan Diri Sebagai Capres
Gerhana jenis terakhir ini tergolong peristiwa gerhana yang relatif jarang terjadi atau langka.
Sedangkan gerhana bulan, lanjut Tgk Ismail, dikenal ada tiga macam jenisnya.
Pertama, gerhana bulan total, dimana saat puncak gerhana seluruh piringan bulan memasuki bayangan umbra (inti) bumi, sehingga bulan terlihat saat itu berwarna hitam kemerah-merahan.
Kedua, gerhana bulan sebagian (parsial), dimana saat puncak gerhana terjadi, permukaan bulan hanya sebagian memasuki dalam bayang inti bumi (bayang umbra).
Ketiga, gerhana bulan penumbra, dimana bulan hanya memasuki dalam kerucut bayang luar bumi saja (bukan bayang inti Bumi), tidak sampai kedalam bayang inti (bayang umbra).
Pada saat gerhana ini terjadi, secara kasat mata, bulan hanya terlihat redup, tidak memancarkan sinar yang kuat seperti pada saat purnama-purnama lainnya.
Untuk mengetahui proses terjadinya gerhana penumbra, harus menggunakan teleskop. (*)
Baca juga: PKS Lhokseumawe Gelar Pasar Murah, Paket Senilai Rp 200 Ribu Cuma Dijual Rp 50 Ribu