Kim Jong Un
Kim Jong Un Kian Beringas, Tembak Mati Pejabatnya Gegara Proyek tak Selesai
Lebih tepatnya pejabat tersebut diberi mandat untuk membuka tanah yang bakal dijadikan tempat untuk membangun rumah sakit baru tersebut.
SERAMBINEWS.COM - Kim Jong Un, pemimpin diktator Korea Utara kembali bikin geger publik karena ulahnya mengeksekusi mati seorang pejabat pemerintah.
Kebijakan Kim Jong Un dalam mengeksekusi mati pejabat ini memang dinilai cukup ngeri.
Bagaimana tidak, salah dalam bertindak atau menuruti kemauan sang diktator maka hukumannya adalah mati.
Terbaru Kim Jong Un baru saja memberi hukuman mati pada pejabatnya yang gagal menyelesaikan proyek.
Proyek yang diberikan Kim Jong Un pada pejabat tersebut adalah membangun Rumah Sakit Umum di Pyongyang.
• KNPI Lhokseumawe Minta Tak Ada Penyekatan di Aceh, Bebas Mudik untuk Seluruh Warga
• Sandi Sebut Potensi Besar Wisatawan Muslim Berasal dari Indonesia
• Sering Dijodohkan, Ariel Ungkap Hubungan Sebenarnya dengan Bunga Citra Lestari
Lebih tepatnya pejabat tersebut diberi mandat untuk membuka tanah yang bakal dijadikan tempat untuk membangun rumah sakit baru tersebut.
Proses pembangunan memang telah berjalan sejak bulan Maret tahun 2020 kemarin.
Namun permintaan Kim Jong Un, ia ingin rumah sakit tersebut dibangun dari nol dan sudah bisa digunakan setelah 6 bulan proyeknya dijalankan.
Tetapi apa boleh dikata, tenggang waktu yang telah diberikan oleh Kim Jong Un tersebut ternyata tak bisa dipenuhi oleh sang pejabat.
Meski bangunan rumah sakit telah rampung dan berdiri megah, namun ada hal yang kurang.
Belum adanya peralatan medis yang harusnya telah ada di dalam bangunan membuat pejabat yang bertanggung jawab dalam proyek tersebut harus dieksekusi mati.
Ia menanggug nyawa karena sudah mengabaikan instruksi sang pemimpin diktator.
Melansir dari Daily NK, Kim Jong Un menginginkan rumah sakit tersebut dilengkapi dengan peralatan kesehatan dari Eropa.
Namun, pejabat yang tak diketahui identitasnya tersebut malah memilih alternatif membeli peralatan medis dari China.
Ia beralasan peralatan medis dari Tiongkok tersebut lebih murah dan terjangkau dibanding harus mendatangkan dari Eropa.