David Ben Gurion, Sosok Pendiri Negara Israel yang Menyerukan Orang Yahudi Bermigrasi ke Palestina
Ben Gurion merupakan seorang negarawan sekaligus pemimpin politik yang dikenal sebagai Bapak Pendiri Negara Israel.
Ketika Perang Dunia I pecah, dia dideportasi oleh Kerajaan Turki Ottoman dan meninggalkan Timur Tengah menuju New York, di mana dia bertemu istrinya, Paula Monbesz.
Baca juga: Sering Begadang Selama Ramadhan, Ini 7 Cara Atur Pola Tidur Setelah Puasa
Baca juga: Guru Honorer di Sukabumi Dibunuh secara Sadis, Pelaku Diduga Tak Sanggup Bayar Utang
2. Mandat Palestina dan Negara Yahudi
Pada 2 November 1917, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour membuat sebuah pernyataan yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour.
Balfour membuat pernyataan itu berkat lobi-lobi yang dilakukan oleh pemimpin komunitas Yahudi di Inggris, Baron Rothschild.
Isi deklarasi itu adalah Inggris akan mengupayakan Palestina sebagai rumah bagi bangsa Yahudi, tetapi dengan jaminan tidak akan mengganggu hak keagamaan dan sipil warga non-Yahudi di Palestina.
Deklarasi itu kemudian di Perjanjian Damai Sevres pada 10 Agustus 1920 antara Ottoman dengan Sekutu di akhir Perang Dunia I.
Inti dari perjanjian itu adalah pembagian wilayah milik Ottoman Turki yang membuat kerajaan itu bubar, dan memunculkan Mandat Palestina.
Setelah deklarasi itu dirilis, Ben Gurion kembali ke Timur Tengah dan berperang melawan Ottoman demi pembebasan Palestina.
Setelah Ottoman tersingkir, Ben Gurion menyerukan kepada komunitas Yahudi untuk bermigrasi dalam jumlah besar ke Palestina.
Kedatangan mereka membuat fondasi bagi Negara Yahudi.
Baca juga: Detik-detik Horor Israel Bom Kantor Al Jazeera dan AP di Gaza, Jurnalis: Beri Saya Waktu 10 Menit
Pada 1935, dia terpilih sebagai Ketua Zionist Executive, pimpinan tertinggi Zionisme dunia.
Setelah satu dekade gelombang perpindahan itu, warga Arab Palestina mulai gerah dan merasa disingkirkan.
Perasaan itu menumbuhkan nasionalisme Palestina.
Puncaknya adalah Revolusi Arab pada 1936-1939 yang dipimpin oleh Imam Besar Yerusalem Mohammad Amin al-Husayni.
Akibat revolusi ini, 5.000 warga Arab, lebih dari 300 warga Yahudi, dan 262 tentara Inggris tewas.