Kisah Mantan Kombatan GAM Pereulak, Bebas dari Cilandak, Jualan Rujak dan Pulang Setelah 17 Tahun

Kondisinya tidak stabil, seperti linglung. Dengan kawan-kawan seperjuangannya saja ia baru ingat setelah diceritakan kisah-kisah masa lalu.

Penulis: Yocerizal | Editor: Yocerizal
Serambinews.com
Mantan Kombatan GAM wilayah Pereulak, Wan Jawiw dipeusijuk oleh neneknya begitu tiba di rumah Gampong Paya Dua, Kecamatan Peudawa, Aceh Timur, Kamis (27/5/2021) malam. Wan Jawiw menghilang dan dianggap telah syahid sejak ditangkap TNI dari kesatuan Marinir pada Oktober 2003 silam. 

Ia bebas tahun 2006 menyusul disepakatinya perjanjian damai antara Pemerintah Indonesia dan GAM.

Di tahanan itulah ia bertemu dengan perempuan yang saat ini menjadi istrinya. 

Baca juga: Innalillahi Wainnailaihi Rajiun, Budayawan Aceh Ayah Panton Meninggal Dunia

Baca juga: Kabar Duka, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USK Prof Nasir Aziz Meninggal Dunia

Baca juga: Aturan Baru 2021, SIM C Biasa Cuma Boleh Mengemudikan Sepeda Motor Maksimal 250 CC

Masa itu, istrinya bekerja di kantin markas Marinir. Mereka menikah setahun kemudian (2007).

Kabar perdamaian Aceh tahun 2005 sebenarnya juga sampai ke telinga Wan Jawiw. 

Tetapi karena ketidakmampuannya dalam baca tulis dan berbicara bahasa Indonesia, Wan Jawiw tak tahu harus bertanya kemana.

Kehidupan Wan Jawiw terkatung-katung, hingga kemudian dia ditampung di keluarga istrinya di Banten.

Dari Banten kemudian pindah ke Bogor dan membuka usaha jualan rujak dengan menggunakan gerobak dorong.

Dalam kurun waktu tersebut, Wan Jawie setidaknya sudah tiga kali mengirim surat ke kampungnya.

Mantan kombatan GAM Pereulak, Wan Jawiw, berpelukan dengan anggota keluarganya saat tiba di rumah neneknya, Gampong Paya Dua, Kecamatan Peudawa, Aceh Timur, Kamis (27/5/2021) malam.
Mantan kombatan GAM Pereulak, Wan Jawiw, berpelukan dengan anggota keluarganya saat tiba di rumah neneknya, Gampong Paya Dua, Kecamatan Peudawa, Aceh Timur, Kamis (27/5/2021) malam. (Serambinews.com)

Surat untuk mengabarkan bahwa dirinya masih hidup.

Tetapi dari tiga surat itu, hanya yang terakhirlah yang sampai.

Surat pertama dia kirim sekitar lima tahun setelah bebas. Surat itu ditulis istrinya yang ditujukan kepada adik Wan Jawiw.

Tetapi karena ia tidak mengetahui alamat sang adik, pada alamat pengiriman surat hanya tertulis Gampong Paya Dua.

"Alamat hana lon teupat, jadi alamat pengiriman lon peugot alamat gampong," ujar Wan Jawiw.

Tak menyerah, Wan Jawiw kembali meminta istrinya menuliskan surat yang kedua. Itu pun juga tak pernah sampai.

Baca juga: 6 Anggota DPRA Sudah Dipanggil Polda, Terkait Kasus Beasiswa

Baca juga: Live Streaming Berujung Maut, Koki Ini Rekam Detik-Detik Kematiannya Sendiri saat Memasak

Baca juga: Kisah Nenek 81 Tahun Nikahi Pria Muda, Bicara Soal Ranjang hingga Siap Tinggalkan Anak Demi Suami

Baru pada surat yang ketiga, Wan Jawiw berhasil menghubungi keluarganya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved