Mantan PM Belanda Mengundurkan Diri dari Partai, Kecewa karena Abaikan Penderitaan Rakyat Palestina
Van Agt menjabat sebagai menteri kehakiman di Belanda dari 1971-1977 dan juga sebagai wakil perdana menteri.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Zaenal
Setelah pemerintahannya mundur, ia tetap menjadi anggota parlemen Belanda hingga tahun 1983, ketika diangkat sebagai Komisaris Ratu (setara dengan gubernur) untuk Brabant Utara.
Antara tahun 1995-1996, ia menjadi guru besar tamu dalam Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Kyoto.
Pada bulan Mei 2006, Van Agt mengajar di Kairo atas undangan majalah elektronik Arab-West Report mengenai perubahan besar dalam iklim bidaya Eropa barat laut dalam beberapa dasawarsa sebelumnnya, yang menjadi bermusuhan pada agama, termasuk Islam.
Baca juga: Kisah di Balik Konflik di Papua dan Lahirnya KKB Papua, Ternyata Ada Adu Domba Belanda
Van Agt berpendapat bahwa kaum Muslimin harus memahami perubahan itu agar dapat menanggapi tudingan miring Eropa atas Islam dan dunia Islam secara lebih baik.
Sejak beberapa waktu terakhir, Van Agt menjadi penasihat umum untuk Forum Keadilan dan Perdamaian Internasional, sebuah yayasan yang bernaung di bawah hukum Belanda, didaftarkan di Departemen Perdagangan di Amsterdam.
Lembaga yang diketuai oleh pebisnis internasional Ben Smoes ini memusatkan diri pada masalah keadilan dan perdamaian berkenaan dengan konflik Israel dan Palestina.
Selama beberapa tahun, ia mengambil opini independen terkait Timur Tengah, menyebabkan kritik terbuka atas kebijakan yang dilancarkan oleh pemerintah Israel atas Palestina.
Saat masih menjabat, Van Agt adalah pendukung setia Israel, namun setelah mundur pada tahun 1982 ia berubah pikiran.
Ia menyatakan bahwa Israel telah melakukan "terorisme negara", dan mengubah pandangannya atas Tanah Palestina sebagai "Bantustan".(Serambinews.com/Anadolu Agency)
