Penerbangan Garuda Disetop
Hong Kong Setop Penerbangan Garuda Indonesia dari Jakarta Mulai 22 Juni-5 Juli 2021, Ini Penyebabnya
Otoritas kesehatan Hong Kong menyatakan, tak ada satu pun dari ketujuh orang tersebut yang menunjukkan gejala sakit....
SERAMBINEWS.COM - Hong Kong resmi menghentikan penerbangan Garuda Indonesia dari Jakarta mulai 22 Juni-5 Juli 2021 mendatang.
Keputusan ini diambil Centre for Health Protection (CHP) Hong Kong menyusul ada 4 penumpang Garuda Indonesia ditemukan positif Covid-19 pada Minggu (20/6/2021).
Mereka positif berdasarkan hasil tes petugas bandara Hong Kong.
Berdasarkan temuan itu, CHP terpaksa menyetop penerbangan Garuda Indonesia dari Jakarta, sebagaimana diberitakan Chinadailyhk.com, Rabu (23/6/2021), .
Hong Kong sebelumnya melaporkan adanya 7 kasus Covid-19 dari luar negeri. Kasus baru ini meliputi 6 wanita dari Indonesia dan seorang pria berusia 51 tahun yang belum jelas riwayat perjalanannya.
Otoritas kesehatan Hong Kong menyatakan, tak ada satu pun dari ketujuh orang tersebut yang menunjukkan gejala sakit.
Kendati demikian, selama 15 hari hingga Selasa (22/6/2021), Hong Kong tak menemukan penularan Covid-19 lokal yang baru.
Upaya Penyelamatan Garuda
Pada bagian lain, Wakil Menteri BUMN Kartiko Wirjoatmodjo mengungkapkan pihaknya mengambil opsi restrukturisasi untuk menyelamatkan maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).
Dalam wawancara yang disiarkan KompasTV bertajuk "BUMN Sakit, Dibubarkan atau Diobati" pada Selasa (8/6/2021), opsi merestrukturisasi akan dijalankan sampai maksimal hingga nanti melihat opsi-opsi berikutnya.
"Opsi restrukturisasi paling memungkinkan. Yang krusial, saat restrukturisasi akan ada konversi menjadi ekuitas. Sehingga nantinya pemegang piutang terbesar memiliki saham terbesar, lalu pemilik saham eksisting jadi terdilusi," paparnya, Selasa (8/6/2021).
Lebih jauh, Kartiko menegaskan jika BUMN akan menyelamatkan Garuda Indonesia dengan pertimbangan GIAA memiliki market domestik yang potensial.
Namun, akibat kesalahan pengurusan manajemen keuangan di masa lalu, berupa jumlah sewa pesawat terlalu mahal, kini kinerja GIAA terpuruk di masa pandemi.
Dalam sebulan, dia menyebutkan beban (cost) Garuda bisa mencapai US$ 150 juta atau setara Rp 2,15 triliun (kurs Rp 14.300/US$).
Sementara itu pendapatan per bulan hanya mencapai US$ 50 juta atau Rp 715 miliar, sehingga kerugian per bulan mencapai US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,43 triliun.