Jurnalisme Warga

Sawit ‘Rimueng Kureng’ Mulai Mengaum

SAWIT merupakan jenis tumbuhan yang termasuk dalam genus Elaeis dan ordo Arecaceae. Tumbuhan ini digunakan dalam usaha pertanian komersial

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Sawit ‘Rimueng Kureng’ Mulai Mengaum
IST
Prof. Dr. APRIDAR, S.E., M.Si., Guru Besar Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Unimal dan Rektor Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki), melaporkan dari Nisam Antara, Aceh Utara.

Di masa Covid-19, pandemi panjang ini berdampak terhadap ekspor salah satu komoditas andalan Indonesia, yakni sawit.

Tercatat sepanjang tahun lalu realisasi volume ekspor minyak sawit hanya 34 juta metriks ton, turun 9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Akan tetapi, nilai ekspor dari komoditas itu justru naik sebesar 13,6 persen secara tahunan, menjadi 22,97 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 321,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per dolar AS) pada tahun 2020.

Dengan demikian, minyak kelapa sawit memiliki peranan yang besar terhadap perekonomian nasional.

Minyak sawit memiliki rata-rata porsi sebesar 14,19 persen terhadap total ekspor komoditas nonmigas nasional. (Kompas.com)

Di Aceh Utara, ada kebun sawit yang dikelola oleh eks kombatan GAM yang berasal dari pasukan “Rimueng Kureung”.

Di masa konflik Aceh, pasukan ini sangat disegani lawan. Pascakonflik, mereka menanam sawit di kawasan Nisam Antara, areal tanah subur yang terletak di lereng Gunung Geureudong Pasee.

Baca juga: Ekonomi Gampong Bakongan: Rezim Transnasional Komoditi Sawit dan Reaganomics di Barsela (III)

Untuk memenuhi kebutuhan anggota beserta keluarganya, mereka memilih untuk berkebun kelapa sawit sebagai pekerjaan sehari-hari di masa perdamaian ini.

Dengan lahan yang diserahkan oleh Badan Reintegrasi Aceh (BRA)--lembaga resmi pemeritah yang mengurus masalah reintegrasi pascakonflik--sekitar 200 ha, kini tanah tersebut sudah menjadi kebun sawit yang sangat produktif dan menjanjikan.

Ketekunan eks kombatan dalam mengelola kebun secara professional, membuat aktivitas tersebut sebagai penyumbang devisa terbanyak dari Aceh bagi bangsa dan negara.

Kebun yang telah tertata tersebut, sekarang menjadi contoh program reintegrasi yang berhasil, yaitu mampu menyejahterakan pihak yang terlibat bertikai saat konflik terjadi.

Keberhasilan pengelolaan kebun sawit tersebut, dijadikan sebagai model reintegrasi sosial-ekonomi eks kombatan GAM “Rimueng Kureung” berbasis usaha kelapa sawit di Kecamatan Nisam Antara yang dibiayai oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Baca juga: Digeluti Mayoritas Masyarakat Subulussalam, Sawit Jadi Penopang Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19

Inisiatif Dr Nirzalin MSi dari Universitas Malikussaleh Lhokseumawe mengangkat tema tersebut dalam usulan Grant Riset Sawit 2021 dinyatakan lolos dan masuk dalam 28 proposal yang akan dibiayai setelah berhasil mengungguli ratusan usulan yang masuk dari seluruh Indonesia.

Prestasi yang membanggakan tersebut tentu akan menjadi tambahan prestasi bagi Aceh dalam membangun perkebunan sawit Indonesia.

Potensi alam yang subur serta sumber daya manusia yang melimpah di Aceh, perlu digerakkan ke berbagai aktivitas produktif  yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved