Rusia Selesai Uji Sistem Pertahanan Udara S-500 Prometheus, Siap 'Bunuh’ Pesawat Siluman F-35 AS

Senjata pertahanan baru Rusia ini dilaporkan dapat menyerang rudal balistik dan pesawat musuh pada jarak hingga 600 kilometer.

Inilah contoh sistem rudal S-500 yang tengah dikembangkan Rusia. Sistem yang bakal digunakan di 2021 ini diklaim bisa mencegat rudal hipersonik sekalipun.(Sputnik/Sergei Malgavko) 

SERAMBINEWS.COM - Sistem pertahanan udara S-500 Prometheus generasi terbaru yang dikembangkan oleh perusahaan senjata Rusia Almaz-Antey, perusahaan yang sama yang memproduksi S-300 dan S-400, telah berhasil menyelesaikan serangkaian tes termasuk peluncuran rudal tempur.

Informasi ini disampaikan Komandan Pasukan Pertahanan Rudal Angkatan Udara Rusia, Mayor Jenderal Sergei Babakov.

Berbicara kepada outlet berita Rusia ‘Krasnaya Zvezda’ pekan lalu, Mayor Jenderal Babakov menjelaskan, S-500 telah dikembangkan sebagai sistem anti-pesawat generasi terbaru yang ditujukan untuk menjatuhkan rudal balistik jarak menengah. Dan jika perlu, balistik antarbenua, rudal di tahap akhir jalur penerbangan mereka.

Selain itu, S-500 mampu menghancurkan pesawat hipersonik dan kendaraan udara tak berawak.

"Sistem pertahanan udara S-500 mampu menghancurkan senjata hipersonik dari semua modifikasi, termasuk di luar angkasa, selain target aerodinamis dan balistik, yang memungkinkan untuk mengatakan dengan yakin bahwa sistem ini unik", Mayor Jenderal Babakov.

Baca juga: Badan Antariksa Rusia Usulkan Penempatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Planet Mars

Baca juga: Brazil, India, USA, dan Rusia Pengekspor Utama Makanan Halal, Bagaimana dengan Aceh?

Baca juga: Pendaftar CPNS di Pidie Capai 1.383 Orang, Tenaga Guru Mulai Mendaftar

Senjata pertahanan baru Rusia ini dilaporkan dapat menyerang rudal balistik musuh pada jarak hingga 600 kilometer dan pesawat pada jarak sekitar 500 kilometer.

Pejabat militer tersebut menjelaskan bahwa latihan tempur melibatkan penembakan pada target yang memiliki spesifikasi teknis yang mirip dengan senjata serangan kedirgantaraan modern atau yang memiliki kemampuan lebih maju.

Menurut dia, kru rudal anti-pesawat mengasah keterampilan mereka dengan mencegat objek berukuran kecil, terbang rendah, kecepatan rendah yang meniru kendaraan udara tak berawak dan target ketinggian tinggi, kecepatan tinggi yang meniru rudal hipersonik.

Selain itu, Angkatan Udara Rusia juga memperhitungkan pengalaman yang diperoleh selama berperang di Suriah.

Semua insiden penggunaan senjata dan peralatan militer rudal anti-pesawat sedang dipelajari dan digunakan dengan cermat selama latihan.

Baca juga: Hari Ini, Pengumuman Kelulusan 672 Peserta SMMPTN di Unsam Langsa Masuk PTN

Baca juga: Wanita Terobos 49 Lampu Merah Pakai Mobil Mantan, Balas Dendam Usai Diselingkuhi

Baca juga: Wapres Ma’ruf Amin Ngaku Pemerintah Kewalahan Tangani Covid-19, Luhut Klaim Terkendali

Sekolah militer Rusia dan akademi Kementerian Pertahanan serta universitas teknis negara itu melatih spesialis untuk kru rudal anti-pesawat di Angkatan Udara negara itu. Pada lebih dari 1.000 lulusan telah mengambil tugas mereka di cabang angkatan bersenjata Federasi Rusia.

Desember lalu, Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexei Krivoruchko mengungkapkan bahwa sistem rudal S-500 dan radar peringatan dini jarak jauh Voronezh dapat memasuki layanan pada awal 2021, setelah selesainya uji coba.

Radar peringatan dini jarak jauh adalah tulang punggung dari setiap kompleks pertahanan rudal.

‘Keluarga’ Voronezh, yang memantau wilayah udara terhadap rudal balistik dan serangan pesawat memiliki tiga variasi: Voronezh-M (pita meter), Voronezh-DM (pita desimeter), dan Voronezh-SM (pita sentimeter).

Ketiganya beroperasi dalam satu sistem sehingga mampu menentukan parameter target dan tipe dengan lebih tepat.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved