Opini
Menilik Nilai-Nilai Pendidikan Ibadah Kurban
Insya Allah ummat Islam di seluruh dunia akan merayakan hari besar Islam yaitu Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah 1442 H
5). Nilai pendidikan keikhlasan. Ikhlas merupakan kondisi hati yang menghasilkan perbuatan semata-mata karena Allah SWT. Nilai pendidikan keikhlasan yang ditunjukkan dalam sejarah ibadah qurban adalah keikhlasan Nabi Ibrahim sekeluarga dalam menjalankan perintah Allah. Nabi Ibrahim dan Siti Hajar ikhlas mengorbankan anaknya, Nabi Ismail ikhlas disembelih sebagai kurban kepada Allah SWT. Hal ini tentu lahir karena kecintaan hamba terhadap Tuhannya.
6). Nilai pendidikan demokratis. Demokrasi dalam pendidikan sebagai sifat kepemimpinan orang tua dalam mendidik yang mengandung unsure kewibawaan, tetapi bukan otoriter. Kepemimpinan ini disesuaikan dengan taraf perkembangan anak dengan cita-cita, minat, kecakapan, dan pengalamannya. Anak ditempatkan pada tempat yang semestinya, yang mempunyai kebebasan untuk berinisiatif dan aktif.
Di samping itu, orang tua memberikan pertimbangan dan pendapat kepada anak, sehingga anak memiliki sikap terbuka dan bersedia mendengarkan pendapat orang lain karena anak sudah terbiasa menghargai hak dari anggota keluarga di rumah.
Nilai pendidikan demokratis yang dicontohkan Nabi Ibrahim dalam sejarah ibadah kurban terlihat pada cara menyampaikan perintah Allah SWT yang diperolehnya melalui mimpi, sebagaimana disebutkan dalam QS. As-Saffat ayat 102. Ibrahim tidak mengatakan “Saya ingin menyembelihmu karena perintah Allah”, akan tetapi mengatakan “Saya diperintahkan Allah menyembelihmu, bagaimana pendapatmu mengenai perintah itu?”
Kalimat dalam pertanyaan ini menunjukkan keyakinan Ibrahim akan kewajiban melaksanakan penyembelihan, namun Ibrahim masih menanyakan pendapat Ismail mengenai penyembelihan itu.
7). Nilai pendidikan dialogis. Dialog secara bahasa berarti percakapan, artinya percakapan untuk bertukar pikiran (diskusi). Hal ini yang dilakukan Nabi Ibrahim dengan memberitahukan Nabi Ismail tentang mimpinya agar dapat dipahami oleh Nabi Ismail yang masih remaja. Cara berdiskusi ini melatih untuk berargumentasi, ketangguhan dan keteguhan untuk patuh kepada Allah dan orang tuanya.
Ini merupakan keberhasilan Ibrahim sebagai ayah dengan kecerdasan akal tetapi lebih mendahulukan wahyu dalam mendidik anaknya. Sikap kepatuhan Ismail dapat dipahami sebagai indikator keberhasilan pendidikan metode dialog.
Dan 8). Nilai pendidikan sosial. Pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial dan dasar-dasar psikis yang bersumber pada akidah islamiyah agar ia terbiasa dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang serta tindakan yang bijaksana di tengah masyarakat.
Akhirnya kita berharap setelah melaksanakan ibadah kurban tahun ini, akan mampu menerapkan nilai-nilai pendidikan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam kehidupan sehari-hari.