Vaksinasi Berbayar di Indonesia Tuai Kritikan dari WHO, Sebut Dapat Menimbulkan Masalah Etika

Lindstrand mengatakan, pembayaran terhadap vaksin covid-19 bisa menimbulkan masalah etika dan juga pengaksesannya.

Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM/SYAMSUL AZMAN
Seluruh karyawan Serambi Indonesia mengikuti vaksinasi Covid-19 yang dilangsungkan di Kantor Harian Serambi Indonesia, Jl. Raya Lambaro Km 4,5 Meunasah Manyang, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Rabu (14/7/2021). 

SERAMBINEWS.COM  – Indonesia mulai lakukan kebijakan vaksinasi berbayar melalui program vaksinasi gotong royong.

Kebijakan vaksinasi berbayar di Indonesia ternyata mendapatkan kritikan dari World Health Organization (WHO) 

Kritikan tersebut dilayangkan oleh Kepala Unit Program WHO, Dr Ann Lindstrand mengkritik kebijakan vaksin berbayar tersebut.

Lindstrand mengatakan, pembayaran terhadap vaksin covid-19 bisa menimbulkan masalah etika dan juga pengaksesannya.

“Penting bahwa setiap warga negara memiliki akses yang sama terhadap vaksin dan pembayaran apa pun dapat menimbulkan masalah etika dan akses, khususnya selama pandemi.

Di saat bersama, kita membutuhkan cakupan dan jumlah vaksin bisa menjangkau semua pihak yang paling rentan," kata Lindstrand dalam jumpa pers di Jenewa seperti dikutip situs resmi WHO, Kamis (15/7/2021).

Lindstrand menilai program vaksinasi covid-19 berbayar tidaklah tindakan yang tepat.

Baca juga: Oknum Satpol PP Diduga Aniaya Ibu Hamil, Pelaku Kini Terancam Hukuman 2 Tahun Penjara

Baca juga: Antusiasme Masyarakat Aceh Menerima Vaksin Dosis I Masih Tinggi, Total 39.280 Orang Telah Divaksin

Menurut dia, jika anggaran yang menjadi masalah, saat ini banyak lembaga yang memberikan bantuan untuk pengadaan vaksin.

Ia mengatakan kerja sama internasional seperti COVAX Facility uang berada di bawah WHO juga emberikan jatah vaksin gratis kepada negara yang membutuhkan.

“Selain itu ada dosis COVAX yang disampaikan melalui kerjasama dengan badan UNICEF, WHO, dll, dan tentu saja mereka memiliki akses vaksin yang gratis, hingga 20 persen dari populasi yang didanai oleh para penyandang dana kerjasama COVAX, yang membuatnya sama sekali tidak mungkin untuk mengambil pembayaran dalam perjalanannya,” tuturnya.

Meski pengiriman dan penyimpanan vaksin membutuhkan biaya transportasi, logistik dan lainnya, Lindstrand mengatakan hal itu sudah ditanggung melalui bank pembangunan multilateral dan juga Bank Dunia.

Oleh sebab itu lah ia menilai, setiap orang di lapisan masyarakat harus memperoleh akses vaksin yang sama.

“Tetapi ada pendanaan yang tersedia untuk semua negara AMC melalui bank pembangunan multilateral, Bank Dunia dan sekarang juga Open Window dengan pendanaan yang cepat dan dapat diakses dari GAVI Dukungan pengiriman COVAX,” lanjutnya.

Baca juga: Penyekatan PPKM Mikro Mulai Berlaku, Masuk Bener Meriah Harus Perlihatkan Sertifikat Vaksin

“Jadi dananya jangan terlalu banyak. Yang penting di sini adalah bahwa setiap orang memiliki hak dan harus memiliki hak akses ke vaksin ini terlepas dari masalah keuangan,” kata Lindstrand.

Hal senada disampaikan Direktur Eksekutif Program Darurat WHO Mike Ryan.

Halaman
12
Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved