Luar Negeri

Istri Mendiang Presiden Jovenel Moise yang Tewas Ditembak Pulang ke Haiti, Pakai Rompi Anti-Peluru

Dia telah menghabiskan 10 hari di rumah sakit di Miami, Florida, di mana diterbangkan untuk menjalani perawatan setelah suaminya ditembak mati di ruma

Editor: Faisal Zamzami
AP
Dalam foto selebaran yang dirilis oleh Menteri Luar Negeri Haiti untuk Komunikasi, ibu negara Haiti Martine Moise, mengenakan rompi anti peluru dan lengan kanannya di gendongan, tiba di Bandara Internasional Toussaint Louverture, di Port-au-Prince, Haiti, Sabtu , 17 Juli 2021. (AP) 

SERAMBINEWS.COM, PORT-AU-PRINCE - Istri mendiang presiden Haiti yang terbunuh Jovenel Moise, kembali ke Haiti pada Sabtu (17/7/2021), setelah dirawat di Florida karena luka yang dideritanya dalam serangan yang menewaskan suaminya.

Martine Moise (47 tahun), menggunakan rompi anti peluru dengan penyangga untuk lengan kanannya.

Dia diterima di bandara Port-au-Prince oleh perdana menteri sementara Claude Joseph, menurut kicauan Mentri Luar Negeri untuk Komunikasi Haiti, Frantz Exantus.

Dalam video yang di unggah ke media sosial, di bawah langit kelabu dan diterpa angin kencang, ibu negara Haiti itu dengan hati-hati menuruni tangga pesawat, sebelum berjabat tangan dengan mereka yang berkumpul untuk menyambutnya.

"Ibu negara ... baru saja tiba di Haiti untuk mengambil bagian dalam persiapan pemakaman kenegaraan" mendiang suaminya, tulis Exantus, dalam unggahannya dengan foto Martine Moise turun dari pesawat pribadi ditemani oleh beberapa agen keamanan.

Dia telah menghabiskan 10 hari di rumah sakit di Miami, Florida, di mana diterbangkan untuk menjalani perawatan setelah suaminya ditembak mati di rumah mereka pada dini hari Rabu (7/7/2021).

 Upacara pemakaman kenegaraan akan berlangsung pada 23 Juli di Cap-Haitien, sebuah kota bersejarah di utara Haiti, yang kini mengalami masalah keamanan sejak Moise terbunuh.

Sehari sebelum kembalinya janda Moise, Joseph telah berjanji keadilan akan ditegakkan atas pembunuhan presiden.

Kepala polisi Leon Charles mengatakan pada konferensi pers Jumat (17/7/2021) bahwa pihak berwenang Haiti "bekerja dengan badan-badan internasional yang mengkhususkan diri dalam penyelidikan peradilan, seperti FBI (Biro Investigasi Federal AS), Interpol dan badan-badan lain yang ada di lapangan untuk menganalisis semua bukti... untuk melacak dalang pembunuhan itu."

Baca juga: Mantan Informan Agen Narkoba Amerika Ditangkap, Terkait Pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise

Baca juga: Istri Presiden Haiti Yang Terbunuh di Rumah Sakit Mengutuk Regu Pembunuh Suaminya

Penyembuhan untuk Haiti

Pada Kamis (15/7/2021), bersama dengan gambar pertama Martine Moise sejak serangan itu - di rumah sakit dengan lengan yang diperban bera, ibu negara berterima kasih kepada "tim malaikat pelindung yang membantu saya melewati masa yang mengerikan ini.” "Dengan sentuhan lembut, kebaikan, dan perhatian Anda, saya bisa bertahan.

Terima kasih! Terima kasih! Terima kasih!" Sehari sebelum Martine Moise kembali ke Haiti, sekitar 40 orang berkumpul di Miami di luar rumah sakit tempat dia dirawat karena luka tembak di lengannya untuk menunjukkan dukungan mereka.

Sebagian besar adalah perempuan dan sebagian besar memakai warna biru, salah satu warna bendera negara mereka.

Mereka membawa spanduk dengan slogan-slogan seperti "Penyembuhan untuk Haiti."

"Kami akan berdoa atas nama Ibu Negara kami dan rakyat Haiti," kata salah satu demonstran, Regina Martin Archat.

Moise (53 tahun), dibunuh oleh regu pembunuh yang sebagian besar terdiri dari tentara bayaran Kolombia, hingga kini detail serangan yang keji itu masih menjadi misteri.

Kepala polisi Kolombia Jorge Vargas mengatakan bahwa mantan pejabat kementerian kehakiman Haiti, Joseph Felix Badio, memberi dua tentara bayaran Kolombia perintah untuk membunuh presiden.

Tetapi tidak jelas apakah Badio pada gilirannya mengikuti perintah dari orang lain.

Badio, mantan pejabat di unit antikorupsi di kementerian kehakiman, adalah salah satu dari beberapa orang yang dicari oleh polisi Haiti, bersama mantan senator oposisi Joel John Joseph.

Keduanya digambarkan di poster pencairannya mereka sebagai buron "bersenjata dan berbahaya."

Lebih dari 20 orang telah ditangkap sehubungan dengan pembunuha.

Mantan Pejabat Kementerian Kehakiman Diduga Dalang Pembunuhan Presiden Haiti

Mantan pejabat Kementerian Kehakiman Haiti Joseph Felix Badio diduga sebagai dalang pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise.

Dugaan tersebut disampaikan oleh Kepala Kepolisian Kolombia Jenderal Jorge Vargas pada Jumat (16/7/2021). Vargas mengatakan, investigasi atas pembunuhan Moise dilakukan oleh otoritas Haiti, Kolombia, dan Interpol sebagaimana dilansir Reuters.

 Dari investigasi tersebut, kemungkinan Badio memberikan perintah kepada para pembunuh untuk mengeksekusi Moise sekitar tiga hari sebelum kejadian.

Menurut Vargas, hasil investigasi menunjukkan bahwa Badio telah memerintahkan mantan tentara Kolombia Duberney Capador dan German Rivera untuk membunuh Moise.

Padahal, kedua mantan tentara tersebut awalnya direkrut untuk memberikan layanan keamanan.

"Beberapa hari sebelumnya, tampaknya tiga hari, Joseph Felix Badio, yang merupakan mantan pejabat kementerian kehakiman (Haiti), yang bekerja di unit anti-korupsi dengan dinas intelijen umum, mengatakan kepada Capador dan Rivera bahwa mereka harus membunuh presiden Haiti," kata Vargas.

Vargas tidak memberikan bukti atau memberikan rincian lebih lanjut tentang dari mana informasi itu berasal.

Pada Minggu (11/7/2021), aparat Haiti menahan Christian Emmanuel Sanon (63) dan menuduhnya sebagai salah satu dalang di balik pembunuhan itu.

Sanon digambarkan sebagai seorang dokter yang berbasis di Florida, Amerika Serikat (AS).

Mantan Senator Haiti John Joel Joseph juga diburu oleh polisi setelah Kepala Kepolisian Nasional Haiti Leon Charles menyebutnya sebagai tokoh kunci dalam plot pembunuhan.

 Sementara kepala keamanan istana untuk Moise, Dimitri Herard, juga telah ditangkap.

"Ini adalah plot besar, banyak orang menjadi bagian darinya," kata plt Perdana Menteri Haiti Claude Joseph dalam konferensi pers.

"Saya bertekad untuk memajukan penyelidikan," sambung Joseph.

Menurut aparat Haiti, di lapangan, pembunuhan tersebut melibatkan 26 orang warga Kolombia yang merupakan mantan tentara dan dua warga AS keturunan Haiti.

Sebanyak 18 warga Kolombia ditangkap, lima orang dalam pelarian, dan tiga orang dinyatakan tewas.

Di sisi lain, Presiden Kolombia Ivan Duque mengatakan bahwa para mantan tentara yang pergi ke Haiti tersebut direkrut untuk menjalankan misi pengamanan.

Klaim tersebut dikonfirmasi langsung oleh para kerabat dan rekan para mantan tentara Kolombia tersebut.

Kolombia juga akan mengirim misi konsuler ke Haiti sesegera mungkin setelah disetujui oleh negara tersebut.

Menteri Luar Negeri Kolombia Marta Lucia Ramirez mengatakan, pihaknya melakukan kontak harian dengan keluarga yang bersangkutan.

Baca juga: Dampak Pandemi Covid-19, Penjualan Hewan Kurban di Lhokseumawe Lesu

Baca juga: Sukses Budidaya Patin, Poktan Binaan Kodim 0103/Aceh Utara Kembali Tabur 10.000 Benih Ikan

Baca juga: Banyak Pejabat AS Mulai Percaya Covid-19 Bocor dari Laboratorium Wuhan Cina

 Kompas.com dengan judul "Dilindungi Rompi Anti-Peluru, Istri Mendiang Presiden Moise Akhirnya Pulang ke Haiti",

BACA BERITA HAITI LAINNYA

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved