Internasional
Kebakaran Rumah Sakit Irak Sudah Seperti Neraka, Dokter Kewalahan, Varian Delta Mulai Menyerang
Kebakaran yang menghancurkan sebuah rumah sakit pasien virus Corona di Irak telah memperdalam krisis Covid-19 di 'Negeri 1001 Malam' itu.
"Saya tidak bisa berhenti dari pekerjaan saya, tetapi saya tidak bisa menghindari panggilan itu,” katanya.
“Pasien juga tidak mau dirawat di dalam rumah sakit ini, tetapi juga di luar kendali mereka,” ungkapnya.
Baca juga: Petani Irak Bukan Hanya Menghadapi Ancaman Perang, Kekeringan Ancam Hewan, Ladang dan Kehidupan
Irak mencatat lebih dari 9.600 kasus Covid-19 baru pada Rabu (14/7/2021), jumah tertinggi sejak pandemi dimulai.
Jumlah kasus harian perlahan meningkat sejak Mei 2020.
Lebih dari 17.600 orang telah meninggal karena virus, menurut Kementerian Kesehatan.
Pada April 2021, setidaknya 82 orang, kebanyakan dari mereka pasien virus yang sakit parah yang membutuhkan ventilator untuk bernapas meninggal akibat kebakaran di Rumah Sakit Ibn Al-Khateeb Baghdad.
Seusai tangki oksigen meledak dan Menteri Kesehatan Irak mengundurkan diri karena bencana tersebut.
Konstruksi yang salah dan praktik keselamatan yang tidak memadai, khususnya yang melibatkan penanganan tabung oksigen, telah disalahkan atas dua kebakaran rumah sakit tersebut.
Bangsal dengan 70 tempat tidur di Rumah Sakit Al-Hussein dibangun tiga bulan lalu menggunakan panel dinding interior yang sangat mudah terbakar, menurut pekerja rumah sakit dan pejabat pertahanan sipil.
Di dalam satu ruang gawat darurat utama Baghdad minggu ini, kerabat pasien COVID-19 duduk di lantai karena tidak ada kursi yang tersedia.
Dengan ruang rumah sakit yang terbatas, Ahmed meminta direktorat kesehatan Baghdad untuk memberi tahu dia ke mana harus mengirim pasien.
"Mereka bilang, kirim lima pasien ke rumah sakit ini, lima lagi ke yang lain ini,' dan seterusnya," katanya.
Hadeel Almainy, seorang dokter gigi di Baghdad, menggunakan Facebook untuk menemukan tempat bagi ayahnya yang terkena Covid-19,
“Dia tidak bisa bernapas, kulitnya membiru, rumah sakit tidak bisa membawanya," ujarnya.
Di kota selatan Karbala, para dokter telah memohon di media sosial untuk sumbangan remdesivir.