Luar Negeri

Belum Sepenuhnya Merasa Damai, Warga Gaza Rayakan Idul Adha Dalam Bayang Perang Dengan Israel

Meskipun telah beberapa saat berdamai, bayang-bayang perang dengan Israel masih menyelimuti pikiran warga, dengan reruntuhan bangunan.

Penulis: Syamsul Azman | Editor: Amirullah
AFP
Seorang bocah dan ayahnya tidur di reruntuhan rumah mereka yang rusak berat akibat serangan udara Israel selama pertempuran Israel-Hamas, di Kota Gaza, Jumat (25/6/2021) 

SERAMBINEWS.COM - Gencatan senjata antara Palestina dengan Israel telah berlangsung pada Jumat (21/5/2021) pagi setelah Mesir turun tangan dan memfasilitasi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Meskipun telah beberapa saat berdamai, bayang-bayang perang dengan Israel masih menyelimuti pikiran warga, dengan reruntuhan bangunan masih jelas berada di sekitar mereka. 

Melansir dari The Nation, Selasa (20/7/2021) setelah tidak bisa merayakan Idul Fitri karena perang 11 hari dengan Israel pada bulan Mei, warga Jalur Gaza merayakan Idul Adha sambil masih berjuang untuk pulih dari dampak konflik.

Pengeboman berat Israel sebagai tanggapan atas roket yang ditembakkan oleh gerilyawan Gaza menghancurkan ribuan rumah di wilayah Palestina.

Lebih dari 248 orang kehilangan nyawa, termasuk 66 anak-anak, dan lebih dari 1.900 terluka, menurut kementerian kesehatan Gaza.

Israel mengatakan satu tentara dan 12 warga sipil, termasuk dua anak-anak, tewas akibat tembakan roket itu.

“Meskipun situasi ekonomi yang buruk di Gaza, kami ingin membuat anak-anak kami merasa bahagia dan kami ingin mengimbangi hari-hari sulit yang mereka habiskan selama eskalasi terakhir,” kata Umm Mohammed Ismail (45) saat dia mencari pakaian baru untuknya. 

Baca juga: VIDEO - Israel Kembali Gempur Kota Gaza dengan Serangan Udara

Baca juga: Bertemu Gaza Foundation, Wali Nanggroe Serukan Dukungan untuk Perjuangan Rakyat Palestina

Otoritas Gaza mengumumkan hari libur lima hari dari Senin untuk Idul Adha.

Meskipun gencatan senjata sejak 21 Mei, pemulihan di Gaza berjalan lambat karena kontrol Israel terhadap barang-barang yang memasuki wilayah itu.

Setelah awalnya hanya mengizinkan makanan dan pasokan medis melalui perbatasan Kerem Shalom, Israel pekan lalu mulai mengizinkan sebagian besar barang masuk ke Gaza selain bahan bangunan dan barang-barang listrik.

Mustafa Mohammed, pemilik toko pakaian, mengatakan dia sedang menunggu kiriman pakaian yang dia pesan dari Turki dan khawatir kehilangan bisnis di Idul Fitri ini juga.

“Situasinya kritis dan bisnis kami dalam bahaya,” kata Mohammed kepada The National dikutip Serambinews.com, Rabu (21/7/2021). 

“Idul Fitri lalu ada perang, dan saya takut tidak bisa membawa koleksi baru Idul Fitri ini karena penutupan perbatasan.”

Baca juga: Presiden Mesir Telepon Perdana Menteri Israel, Minta Dukungan Rekonstruksi Jalur Gaza

Ekonomi Gaza telah menderita di bawah blokade yang diberlakukan oleh Israel setelah kelompok militan Hamas menguasai daerah kantong itu pada tahun 2007.

Pengangguran tinggi dan infrastruktur telah dihancurkan oleh pemboman Israel selama beberapa putaran pertempuran sejak 2008.

Mohammed dan pedagang lainnya mengatakan mereka kecewa dengan keputusan Israel untuk memblokir bantuan tunai Qatar ke Gaza setelah pertempuran terakhir.

Salah satu sektor bisnis yang sedang booming adalah penjualan hewan kurban untuk Idul Adha, kata Hassan Azzam, direktur umum layanan hewan di kementerian pertanian Gaza.

Mr Azzam mengatakan penjualan hewan naik sekitar 50 persen dari tahun lalu. Dia mengatakan peningkatan itu karena dorongan dana dari LSM yang beroperasi di Gaza setelah perang baru-baru ini.

“Ada pasar ternak yang besar tahun ini meskipun situasi ekonomi buruk di Gaza,” Jameel Ikraiem, seorang pedagang ternak, mengatakan kepada The National .

“Ada sedikit kenaikan harga karena biaya pakan ternak naik. Ada kekurangan karena pembatasan [impor] yang diberlakukan oleh otoritas Israel,” kata Ikraiem.

Baca juga: Hamas Pimpin Pertempuran Baru, Untuk Patahkan Pengepungan Israel di Gaza

Faktor lainnya adalah sulitnya mengimpor hewan dari Mesir di perbatasan selatan Gaza, karena spesifikasi yang ketat, katanya.

Selain membeli baju baru dan kurban hewan, tradisi Idul Adha lainnya adalah berziarah atau menjamu sanak saudara dan teman.

Bagi warga Gaza seperti Hussain Abu Silmiya, menjamu tamu adalah masalah.

Pemilik sebuah kantor akuntan, Mr Abu Silmiya tinggal bersama istri dan empat anaknya di satu kamar di lantai dasar rumahnya, di kamp pengungsi Shati, setelah lantai atas dihancurkan oleh bom Israel dalam konflik baru-baru ini.

“Kami menunggu Idul Adha setiap tahun karena ini adalah kesempatan untuk menyatukan orang, tetapi sekarang saya bertanya-tanya bagaimana saya akan menyambut tamu di rumah saya,” kata Abu Silmiya kepada The National. (Serambinews.com/Syamsul Azman)

TERKAIT

Baca juga: BERITA POPULER - Tokoh Kristen di Aceh, Puluhan Kendaraan Putar Balik hingga Info CPNS Aceh Singkil

Baca juga: BERITA POPULER - TV Digital, Pilkades Berdarah, Stimulus Listrik Diperpanjang, Banyak Rakyat Kecekek

Baca juga: BERITA POPULER- Suami Talak Istri Usai Ijab Kabul, Gadis Dijual Ibu Kandung hingga Migrasi Siaran TV

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved