Opini
Muhasabah, (introspeksi diri)
Khalifah Umar Ibnul Khattab mengatakan:”Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab dan timbanglah amalmu sebelum kamu ditimbang

(Refleksi Akhir Tahun Hijriyah)
Oleh. Abdul Gani Isa
Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh
Khalifah Umar Ibnul Khattab mengatakan:”Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab dan timbanglah amalmu sebelum kamu ditimbang nanti dan bersiap-siaplah untuk hari menghadap yang paling besar (hari menghadap Allah). Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah) “. (QS Al-Haqqah : 18).
Muhasabah, (introspeksi diri), merupakan sesuatu yang penting untuk dilakukan, terlebih lagi dengan berbagai musibah di seantero dunia terus terjadi, sampai saat ini Covid-19 masih mendera hampir semua negara, termasuk Indonesia. Meremehkan muhasabah dalam segala hal, dapat menyebabkan kehancuran pada diri seseorang. Dengan alasan, karena orang seperti itu banyak mengikuti hawa nafsunya sehingga tertipu dengan kenikmatan dunia.
Muhasabah artinya menghisab atau menghitung, diidentikkan dengan menilai diri sendiri. Dalam melakukan muhasabah, seorang Muslim menilai dirinya, apakah dirinya lebih banyak berbuat baik (beribadah) ataukah malah lebih banyak berbuat jahat (bermaksiat) dalam kehidupan sehari-hari. Dia mesti objektif melakukan penilaian, dengan menjadikan Alquran dan Al-Sunnah sebagai landasan utama untuk melakukan penilaian, bukan berdasar keinginan hawa nafsunya. Idealnya seorang Muslim melakukan muhasabah setiap hari. Apakah hari ini sudah melakukan banyak kebajikan atau kejahatan? Seberapa banyak kejahatan yang kita lakukan? Seberapa banyak pula kebaikan yang kita perbuat? Berapa kali membuat kesalahan, dan berapa kali pula kita beristighfar, meminta ampunan kepada Allah SWT.
Pergantian tahun juga bisa dijadikan momen penting merenungkan apa-apa yang telah berlalu dalam hidup kita selama setahun ini. Minimalnya ada tiga tujuan: di satu sisi untuk kita syukuri, di sisi lain untuk kita istighfari, dan di sisi yang lainnya lagi untuk kita ambil ‘ibrah dan pelajaran darinya bagi masa depan kita yang lebih baik. Ya, terhadap segala hal baik, positif dan konstruktif, serta beragam kenikmatan tak terhingga yang telah kita terima dalam hidup selama setahun berlalu ini, semua itu wajib kita syukuri.
Disertai harapan semoga Allah SWT, mempertahankannya dan bahkan menambah serta meningkatkannya bagi kita. Sedangkan untuk segala hal buruk, negatif, destruktif, dosa dan kemaksiatan yang juga tak terhitung dalam kurun usia setahun yang lalu ini, maka kita wajib bertaubat darinya dengan taubatan nashuha dan beristighfar atasnya dengan istighfar yang sejujur-jujurnya dan setulus-tulusnya.
Disertai harapan semoga Allah SWT menutup tahun ini bagi kita semua dengan penerimaan yang baik terhadap taubat dan istighfar kita, serta membuka lembaran tahun baru dengan taufiq perubahan dan perbaikan diri. Amin!
Adapun terhadap semua kondisi yang kita terima, hadapi dan alami, selama setahun berlalu ini, dan juga sebelumnya, yang merupakan dinamika hidup berupa: sukses dan gagal, untung dan rugi, sehat dan sakit, naik dan turun, bangun dan jatuh, dan seterusnya, maka mari kita bijak dan tepat dalam mengambil ibrah dan pelajaran sebanyak-banyaknya dari semuanya, untuk kepentingan dan kemaslahatan hidup kita di masa mendatang yang lebih baik, lebih positif, lebih konstruktif dan lebih gemilang!
Tiga golongan manusia
Manusia ada tiga golongan: Pertama, golongan beruntung (rabih), jika hari ini lebih baik dari hari kemarin, maksudnya, amal. Kedua, golongan merugi (khasir), jika hari ini sama dengan hari kemarin. Dengan demikian, amal perbuatannya hari ini sama dengan hari kemarin. Ketiga, golongan celaka (mal’un), jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Ini berarti, amal perbuatannya hari ini lebih sedikit atau dosa yang diperbuatnya lebih banyak dari hari kemarin.
Di manakah posisi kita di antara ketiga golongan tersebut? Metode yang bagus untuk mengatasi itu semua adalah dengan selalu mengintrospeksi dirinya.
Hal itu pun telah banyak disebutkan oleh para ulama, di antaranya Hasan al-Bashri berkata, “Seorang mukmin itu pemimpin bagi dirinya sendiri. Ia mengintrospeksi dirinya sendiri karena Allah. Sesungguhnya hisab pada hari kiamat nanti akan ringan bagi mereka yang telah mengadakannya di dunia. Sebaliknya hisab akan berat bagi kaum yang menempuh urusan ini tanpa pernah berintrospeksi.” Imam Ahmad dalam kitab Az Zuhud dan at-Tirmidziy dalam Sunan-nya meriwayatkan secara mauquf dari Umar ibn Khatthab ra, seperti telah penulis sebutkan di awal tulisan ini.
Hidup sementara