1 Jam Bersama Diaspora

Kisah Cinta Datuk Mansyur dan Datin Diyana, Bermula dari Medan Plaza

Tanggal 13 Februari 1999, Diyana Nuzuar, gadis kampung yang masih berusia 19 tahun, resmi menjadi istri pengusaha kosmetik kelas atas di Malaysia.

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Datuk Mansyur Usman dan istrinya Datin Diyana Nuzuar, serta lima buah hati mereka, dalam sebuah sesi foto keluarga pada tahun 2021. 

SERAMBINEWS.COM – Gedung Medan Plaza yang berada di Jalan Iskandar Muda Medan, kini memang telah tiada.

Gedung yang mengalami kebakaran hebat pada Agustus 2015 lalu, telah dirobohkan pada bulan Juni 2020.

Pada masanya, Medan Plaza menjadi ikon mall bagi masyarakat Kota Medan, khususnya anak-anak muda.

Banyak kenangan yang terpatri di sana.

Kenangan tentang indahnya masa remaja di Medan Plaza ini pula yang masih tersimpan dalam memori Datin Diyana Nuzuar.

Di Medan Plaza inilah kisah rumah tangganya dengan Datuk Mansyur Usman bermula.

“Saya mula berkenalan dengan Datuk Mansyur Usman pada tahun 1998. Ketika ketika itu saya membantu keluarga ipar di sebuah kedai kosmetik di Medan Plaza,” ungkap Datin Diyana melalui pesan WhatsApp kepada Serambinews.com, Jumat (13/8/2021).

Datuk Mansyur Usman yang kini menjadi suami Datin Diyana saat ini menjabat sebagai Presiden Persatuan Melayu Berketurunan Aceh Malaysia (Permebam).

Ini merupakan sebuah organisasi kebajikan masyarakat Aceh di negeri jiran Malaysia. Siapa Datuk Mansyur? (Baca di bagian akhir tulisan ini)

Datuk Mansyur Usman dan istrinya Datin Diyana Nuzuar, usai menerima anugerah gelar datuk pada Hari Wilayah Persekutuan di Istana Negara Kuala Lumpur, 1 Februari 2017.
Datuk Mansyur Usman dan istrinya Datin Diyana Nuzuar, usai menerima anugerah gelar datuk pada Hari Wilayah Persekutuan di Istana Negara Kuala Lumpur, 1 Februari 2017. (SERAMBINEWS.COM/Handover)

Baca juga: Pertama Sejak 1981, Warga Aceh di Malaysia Tidak Gelar Kenduri Maulid, Ini Penjelasan Datuk Mansyur

Baca juga: Datuk Mansyur Minta Pemerintah Aceh Bantu Warga Aceh yang Kehilangan Pekerjaan di Malaysia

Pandangan Pertama di Medan Plaza

Awal tahun 1998, Mansyur Usman yang kala itu merupakan agen Mustika Ratu (produsen kosmetik asal Indonesia) di Malaysia, pulang ke Aceh.

Karena urusan bisnis kosmetik ini pula Mansyur datang ke Medan Plaza dan bertemu dengan Diyana Nuzuar yang kala itu masih berusia 19 tahun.

“Saya terpikat pada pandangan pertama di Medan Plaza,” kata Datuk Mansyur melalui panggilan WhatsApp kepada Serambinews.com, Jumat (13/8/2021) malam.

Diyana adalah gadis kelahiran Bagelen Tebing Tinggi, Sumatera Utara, 23 Mei 1979.

Ayahnya pegawai di PTPN di Kota Medan, sementara ibunya adalah pengurus rumah tangga.

“Kami empat 4 adik beradik, 3 wanita dan abang,” kata Diyana dalam pesan WA yang dikirim oleh Datuk Mansyur kepada Serambinews.com.

Diceritakan, ayah Diyana ini merupakan keturunan Aceh.

Ia memiliki banyak famili di Langsa dan Idi Rayeuk, Aceh Timur.

Diyana kemudian menceritakan kisah perjuangan Datuk Mansyur merebut hatinya, setelah pertemuan pertama di Medan Plaza.

“Beberapa hari setelah pertemuan pertama itu, Abang Mansyur datang lagi bawa hadiah dari Malaysia,” ujarnya.

“Saya pada mulanya saya menolak. Tapi Abang Mansyur datang lagi dan membawa baju Melayu sutra hadiah hari jadi buat saya,” ujarnya.

“Dalam hati saya berkata, baiknya Abang Mansyur Usman ini. Rupanya ada udang sebalik batu,” kata Diyana.

Sejak itu, Mansyur yang kini sudah menjadi Warga Negara Malaysia, semakin sering pulang ke Aceh.

Ia selalu menyempatkan diri datang ke Medan Plaza, bertemu Diyana, meski hanya sesaat.

Baca juga: 2 Warga Aceh Dideportasi dari Malaysia via Jakarta, Difasilitasi BPPA, Pemkab Tanggung Pemulangan

Baca juga: Malaysia Beri Penghargaan Hijrah Nabi ke Sekjen Liga Muslim Dunia

Dari Medan Pindah ke Shah Alam

Hingga tiga bulan kemudian, pada bulan Mei 2008, sebuah peristiwa yang mengubah nasib Bangsa Indonesia merembet hingga ke Medan.

Gedung Medan Plaza yang merupakan kebanggaan warga Medan, dibakar dan dijarah oleh massa, dalam aksi menuntut pengunduran diri Presiden Soeharto.

Outlet kosmetik tempat Diyana bekerja di Medan Plaza ikut menjadi korban dalam peristiwa yang kemudian dikenal dengan “reformasi” itu.

Sejak itu, Diyana kehilangan pekerjaannya.

Gejolak politik di Indonesia ini membuat Mansyur juga tidak bisa lagi dengan mudah datang ke Medan, berjumpa dengan pujaan hatinya.

Kala itu, belum ada telepon genggam, hingga komunikasi tidak bisa dilakukan semudah sekarang.

Sampai lima bulan kemudian, Diyana dibawa oleh Makciknya ke Shah Alam Malaysia.

Sama seperti usaha iparnya di Medan, Makciknya juga membuka kedai kosmetik di Shah Alam.

“Sebulan kemudiaan Makcik ajak saya ke Kuala Lumpur untuk membelikan barang jamu amalan bulanan di perusahaan distributor kosmetik,” ujarnya.

“Di situ lah saya bertemu lagi dengan Abang Mansyur, di tokonya di Lorong Raja Bot Kuala Lumpur. Rasanya terharu, senang sekali keliatan Abang Mansyur Usman,” ungkap Diyana.

Ia masih ingat betul ketika Mansyur mengajak dirinya dan makciknya untuk makan siang di Restoran Minang Seri Ratu di Kampung Bharu, Kuala Lumpur.

“Saban hari selepas itu Abang Mansyur selalu datang ke kedai Makcik saya di Shah Alam,” kenang Diyana.

Baca juga: VIDEO 18 Tahun Merintis Usaha di Malaysia, Linda Pulang ke Aceh karena Wasiat Orangtua

Baca juga: Kisah Inspiratif Jafar Insya Reubee, Eks Tukang Becak di Lhokseumawe yang Kini Jadi Toke di Malaysia

Baca juga: Kisah Haru Harris Bin Terry Sarava, Putra Aceh WN Malaysia, Umur 19 Tahun Baru Kenal Ibunya

Dikaruniai Lima Buah Hati

Bermula dari Medan Plaza hingga Shah Alam, kisah cinta Mansyur Usman dan Diyana Nuzuar berlanjut ke pelaminan.

Pada tanggal 13 Februari 1999, Diyana Nuzuar, gadis kampung yang masih berusia 19 tahun, resmi menjadi istri Mansyur Usman, pengusaha kosmetik kelas atas di negeri jiran Malaysia.

Pasangan ini melangsungkan pernikahan di kediaman orang tua Diyana Nuzuar di Kampung Bagelen Tebing Tinggi, Sumatera Utara.

Tak lama setelah melangsungkan pesta pernikahan, Diyana berhijrah ikut suami tercinta ke Kuala Lumpur Malaysia.

Saat ini, pasangan Datuk Mansyur dan Datin Diyana, dikaruniai lima buah hati, dua perempuan dan tiga lelaki.

“Alhamdulillah saya dapat menyesuaikan dari di perantauan dan kemudian menjadi penduduk tetap (permanent residen),” kata Diyana.

“Anak-anak merupakan warga Malaysia, 2 orang sekarang sudah menempuh pendidikan di universiti,” imbuhnya.

Baca juga: Kisah Bang Zack, Eks Kombatan GAM Alumni Libya yang Kini Jadi Peternak Lebah Madu di Riau

Siapa Datuk Mansyur?

Mansyur Usman adalah pria kelahiran Simpang Mulieng, Aceh Utara, Hari Rabu Tanggal 12 November 1963.

Mansyur adalah anak kedua dan satu-satunya lelaki dari 7 orang buah hati pasangan Muhammad Usman dan Barhen.

Sejak awal tahun 1990-an, nama Mansyur Usman dikenal luas oleh masyarakat Aceh di Malaysia, terutama yang bermukim di Kuala Lumpur dan sekitarnya.

Mansyur Usman juga dikenal oleh komunitas Melayu sebagai pebisnis asal Indonesia di Malaysia yang berhasil.

Pada masa jayanya, perusahaan Harapan Bunda Sdn BHD, distributor perlengkapan kesehatan dan kecantikan milik Mansyur Usman memiliki outlet yang tersebar pada sejumlah mall di Kuala Lumpur seperti Aeon, Giant, dan sebagainya.

Kantor Harapan Bunda berdiri megah di Jalan Pahang sebelah Hospital Tawakal.

Namun kemewahan hidupnya tidak membuat Mansyur Usman melupakan asal muasalnya.

Dia mengabdikan sebagian waktu dan hartanya untuk agama dan kebajikan sesama manusia.

Ketika menjabat sebagai Presiden Community Acheh Malaysia (KMAM), Mansyur selalu tampil aktif, menyumbang harta dan tenaga untuk membantu masyarakat Melayu dan warga Aceh yang mengalami kesulitan di negeri jiran.

Pengabdian dan sumbangan hartanya kepada agama dan kemanusiaan ini, mengantarkan Mansyur Usman menerima anugerah gelar datuk pada Hari Wilayah Persekutuan di Istana Negara Kuala Lumpur, 1 Februari 2017.

Mansyur diberi gelar Panglima Mahkota Wilayah oleh Agong Sultan Muhammad V sehingga menjadi YBHG Datuk Haji Mansyur Bin Usman.

Pemberian gelar turut disaksikan Menteri Federal, Tengku Adnan Tengku Mansour.

Gelar Datuk yang diperoleh H Mansyur ini tidak terlepas dari perannya selama 15 tahun menjadi sukarelawan di Jabatan Perdana Menteri dan sebagai Presiden Community Acheh Malaysia.

Mansyur selalu tampil peduli untuk membantu korban banjir di Kelantan, Johor, Kedah, Trengganu, dan bantuan anak-anak yatim di Malaysia.

Ia selalu mengajak semua paguyuban Indonesia ikut serta untuk mengulurkan bantuan tanda tanggung jawab moral bangsa Indonesia di Malaysia.

“Tanggung jawab itu sebagai mana wasiat Abuya Hamka. Di mana tanah dipijak di situ langit dijunjung,” kata Datuk Mansyur seperti dikutip dari kbrikualalumpur.org.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved