In Memoriam
Prof Farid Wajdi, Ulama Keras Nan Bijak
KETUA Majelis Adat Aceh, Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim MA, Sabtu, 14 Agustus 2021 pukul 14.30 WIB berpulang ke Rahmatullah
Dalam menakhodai ICMI Aceh, setiap pertemuan selalu Prof Farid sisipkan kegiatan ilmiah yang dapat meningkatkan wawasan serta ilmu pengetahuan para anggota. Kajian ilmu agama yang dilakukan secara rutin diharapkan dapat meningkatkan atmosfer akademik. Begitu juga terhadap lokasi pertemuan yang dilakukan berpindah-pindah secara bergilir oleh masing-masing organisasi daerah (Orda) ICMI, dalam rangka peningkatan ukhuwah islamiah serta tali silaturahmi sesama anggota.
Banyak program kerja yang beliau lakukan dengan luaran peningkatan kualitas nilai ibadah, merupakan program unggulan ICMI Aceh yang mendapat apresiasi dari Pengurus ICMI Pusat. Di tengah anggaran yang sangat terbatas, beliau mampu mengombinasikan berbagai kegiatan sehingga menghasilkan program unggulan bagi ICMI. Kelihaian dalam mencari peluang dan momentum yang tepat, merupakan salah satu keberhasilan beliau dalam memimpin ICMI.
Organisasi Islam harus selalu peka terhadap perubahan yang begitu cepat di era digitalisasi. Pola tingkah serta kebiasaan kawula muda yang menghabiskan waktu sia-sia di warung-warung, merupakan salah satu hal yang sering beliau sorot secara lantang di berbagai mimbar. Ia menganggap kebiasaan buruk itu lebih berbahaya daripada bom atom yang dijatuhkan tentara sekutu di Hiroshima dan Nagasaki.
Budaya yang kurang produktif tersebut merupakan salah satu tindakan yang sangat merisaukannya terkait masa depan masyarakat Aceh khususnya.
Tingkat literasi masyarakat Aceh yang sangat lemah, karena hanya satu dari seribu orang yang membaca buku secara serius. Budaya jelek tersebut juga merupakan materi yang sering beliau ingatkan kepada generasi muda Aceh agar dapat meningkatkan minat baca untuk lebih serius lagi. Apabila kesadaran ini tidak segera diubah, dikhawatirkan akan terjadi degradasi moral serta tingkat peradaban masyarakat yang semakin jelek ungkap beliau.
Begitu juga tanggung jawab orang tua terhada pendidikan anak perlu diperhatikan serius. Pendidikan utama yang sangat efektif pada dasarnya adalah kedua orang tua di rumah. Minimal baca tulis serta pemahaman dasar terhadap Al-Qur’an harus diajarkan di setiap rumah selepas shalat Magrib. Budaya baik yang telah dipraktikkan oleh pendahulu masyarakat Aceh itu perlu dilestarikan kembali, agar Aceh kembali diberkahi.
Beliau juga sering berujar, masuknya narkoba dalam jumlah besar melalui perairan Aceh merupakan salah satu penyebab kehancuran generasi muda. Untuk itu, perang terhadap barang haram tersebut dia minta agar segera dilakukan bersama-sama. Demi mencegah kehancuran bangsa dan negara.
Begitu juga apabila terjadi kealpaan terhadap perintah agama, itu petaka besar bagi kita semua. Untuk itu diperlukan gerakan bersama agar generasi Aceh ke depan terselamatkan dari berbagai petaka. Nasihat serta wejangan yang diutarakan Prof Farid, selalu terngiang dalam lubuk hati yang dalam. Selamat jalan sahabat, moga karya yang engkau torehkan menjadi teman serta penerang dalam istirahat panjangmu dengan tenang di alam barzakh. Amin.