Berita Aceh Tamiang
Bertahan Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Nenek di Aceh Tamiang Bekerja Sebagai Buruh Batu Bata
Waginah, nenek 71 tahun di Payaraja, Bandamulia, Aceh Tamiang tidak ada pilihan lagi selain menjadi buruh pembuat batu bata
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG – Waginah, nenek 71 tahun di Payaraja, Bandamulia, Aceh Tamiang tidak ada pilihan lagi selain menjadi buruh pembuat batu bata.
Pekerjaan yang mengandalkan otot ini harus dilakoninya agar bisa bertahan hidup di masa pandemi Covid-19.
Waginah sejatinya memang buruh batu bata saat masih berada di kampung halamannya di Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Namun pekerjaan ini ia lakukan saat masih muda dan sekadar membantu suaminya.
Baca juga: Bahaya Olahraga di Malam Hari, Bisa Sebabkan Penyakit Serius, Simak Penjelasan dr Zaidul Akbar
Seiring bertambahnya usia yang berdampak menurunnya stamina, nenek yang kini sudah dikarunia 23 cucu memilih berhenti dan menggantungkan sepenuh hidupnya kepada suami dan anak-anaknya.
“Kami pindah ke Aceh Tamiang 2014, beberapa tahun kemudian suami meninggal, kemudian ada Corona,” kata Waginah ketika ditemui di kediamannya, Sabtu (21/8/2021).
Kebetulan rumah yang dihuni Waginah di Aceh Tamiang berada di dekat lokasi pembuatan batu bata.
Awalnya hanya empat anak perempuannya yang bekerja sebagai buruh pembuat batu bata.
Baca juga: Simak 11 Gejala Diabetes Pada Anak dan Remaja, Rasa Haus Berlebihan hingga Sering Buang Air Kecil
Namun belakangan ibu sembilan anak ini memilih ikut terjun membuat batu bata dengan tujuan mempercepat target pengerjaan.
“Sehari biasanya buat 2000 batu bata, saya bantu-bantu biar cepat siap kerjaannya,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan upah yang mereka terima untuk satu keping batu bata Rp 100 rupiah.
Upah ini sudah termasuk menurunkan tanah merah yang dibeli untuk dijadikan lumpur, kemudian mencetak tanah menjadi batu batah hingga proses pengeringan dan pembakaran.
Jumila (39), salah satu anak perempuan Waginah yang turut menjadi buruh batu bata mengungkapkan upah yang diterima sering dikurangi dengan alasan batu bata rusak.
Baca juga: Kadinkes Bireuen: Penyebaran Covid Makin Mengkhawatirkan, 72 Orang Positif Corona, 38 Warga Dirawat
Begitupun dia menilai pemilik tempat usaha tergolong baik karena sering membantu keluarganya.