Tak Jadi Bahasa Resmi, Ternyata Bahasa Indonesia Masih Bertahan di Timor Leste, Kok Bisa?
Meski tak dijadikan bahasa resmi Timor Leste, tetapi bahasa Indonesia masih digunakan sebagian warga di bekas wilayahnya ini.
SERAMBINEWS.COM - Sejak merdeka dari Indonesia, Timor Leste tak lagi menggunakan Bahasa Indonesia sebagi bahasa resmi.
Namun, Bahasa Indonesia ternyata masih bertahan di Timor Leste.
Timor Leste pernah menjadi bagian Indonesia, yaitu sejak tahun 1975 hingga 1999.
Wilayah ini berintegrasi dengan Indonesia setelah pasukan Indonesia menginvasinya.
Ketika Portugis meninggalkan Timor Leste, rakyat wilayah berjuluk Bumi Lorosae ini terpecah.
Muncul kelompok pro-kemerdekaan, serta kelompok pro-integrasi dengan Indonesia.
Indonesia yang menginvasi Timor Leste sejak 7 Desember 1975, kemudian berhasil menjadikannya sebagai provinsi termuda saat itu.
Baca juga: Invasi Militer Indonesia Masih Membekas di Hati Rakyat Timor Leste, Terkuak Ini Alasannya
Namun, selama Timor Leste menjadi bagian wilayah Indonesia, kelompok pro-kemerdekaan terus bergerilya menentang pemerintah Indonesia.
Wilayah Timor Leste yang dahulu bernama Timor Timur ini pun lepas dari Indonesia, tetapi setelah kemerdekaannya, hanya Bahasa Portugis dan Bahasa Tetun yang dijadikan bahasa resmi negara ini.
Portugis merupakan bangsa yang menjajah wilayah ini selama ratusan tahun.
Selama Timor Leste menjadi bagian wilayah Indonesia, Bahasa Portugis dipandang sebagai bahasa perlawanan.
Mengutip Reuters, di bawah pemerintahan Indonesia, bahasa Portugis ditindas.
Penutur bahasa Portugis kebanyakan berasal dari elit politik atau orang tua yang berpendidikan di era kolonial.
Banyak pemimpin Timor Lorosae pergi ke pengasingan di Portugal atau daerah jajahannya sebelum atau segera setelah wilayah itu diserbu oleh pasukan Indonesia dan banyak dari mereka tidak bisa berbahasa Indonesia.
Baca juga: Dulu Jadi Bahan Gorengan untuk Menyudutkan Indonesia, TPA Tibar di Timor Leste Kini Memprihatinkan
Meski begitu, ada pula yang mengkritik keputusan pemerintah untuk memasukkan Portugis ke dalam konstitusi, yang melihatnya sebagai pandangan yang picik.