DPR Malu Karena Gaji dan Kinerjanya Tidak Sebanding, Fraksi PDIP Panggil Krisdayanti
Menurut Lucius, keterbukaan Krisdayanti merupakan bagian dari akuntabilitas para wakil rakyat kepada publik.
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Pengakuan Krisdayanti mengenai gaji, tunjangan dan dana aspirasi anggota DPR menuai pro dan kontra di masyarakat.
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai sikap blak-blakan Krisdayanti mengenai penghasilan yang ia terima sebagai anggota DPR patut diapresiasi.
Menurut Lucius, keterbukaan Krisdayanti merupakan bagian dari akuntabilitas para wakil rakyat kepada publik.
"Keterbukaan seperti yang dilakukan KD seharusnya menjadi kewajiban bagi semua anggota DPR sebagai bagian dari akuntabilitasnya kepada publik," kata Lucius dalam sebuah diskusi, Sabtu (18/9).
Namun Lucius menilai keterbukaan menyampaikan pendapatan tersebut seolah menjadi tugas berat bagi anggota DPR. Sebab, hampir tak ada anggota DPR yang bisa menjawab enteng ketika ditanya soal pendapatannya.
Lucius menyebut sebagian besar anggota DPR punya alasan tertentu menutupi besaran tunjangan dan gaji yang mereka terima. Salah satu alasannya adalah karena mereka sadar bahwa besarnya gaji dan tunjangan yang didapatkan tak sebanding dengan kinerja.
Baca juga: Dewan Keamanan PBB Desak Taliban Bentuk Pemerintahan Inklusif
Baca juga: Covid-19 Serang Singa dan Harimau Kebun Binatang Nasional Washington
Baca juga: Mississippi Mulai Melaporkan Wanita Hamil Meninggal Akibat Terinfeksi Covid-19
"Jadi saya kira yang begini-begini membuat kita merasa DPR yang menyembunyikan tunjangan mereka selama ini bukan tanpa alasan. Mereka nampak punya rasa malu untuk menyampaikan secara lantang berapa tunjangan ke publik," ucap Lucius.
Lucius menilai gaji dan tunjangan anggota DPR tak selaras dengan kinerja mereka. Kinerja anggota DPR periode saat ini minim.
Selama dua tahun awal masa kerja, DPR baru mengesahkan empat rancangan undang-undang atau RUU prioritas.
Hasil ini, kata Lucius, terlampau sedikit untuk menjelaskan betapa nikmatnya gaji dan tunjangan berlimpah yang mereka peroleh.
"Pendapatan yang mereka peroleh dalam jumlah yang fantastis itu justru memanjakan mereka hingga kinerja pelaksanaan fungsi representasi selalu ambruk dan buruk," kata Lucius. "Coba bayangkan dengan anggaran fantastis yang diterima, baik apa yang disebut tunjangan maupun pendapatan puluhan juta itu, tapi hasilnya hanya ada empat (UU)," ucap Lucius.
Oleh karena itu Lucius menilai wajar bila para legislator Senayan merasa enggan, bahkan malu untuk mengungkap gaji dan tunjangan uang mereka terima ke publik. "Ketika kemudian mereka tahu bahwa kinerja sulit menjelaskan anggaran yang mereka terima," ujarnya.
Baca juga: Bertambah 8 Pasien Baru Positif Covid-19 di Nagan Raya, Kini Catat Angka 533 Orang
Baca juga: Jamaah Semakin Ramai, Surau Milik Komunitas Aceh di Chow Kit Kuala Lumpur Pindah Lokasi
Baca juga: 400 Siswa di Ranto Peureulak Telah Divaksin
Selain itu Lucius menilai fungsi pengawasan anggota parlemen juga melempem. Bahkan, fungsi anggaran hampir digawangi secara penuh oleh pemerintah yang responsif menata ulang anggaran ketika terjadi pandemi.
"Mana ada sumbangan pemikiran DPR untuk restrukturisasi anggaran itu," ujarnya.
Menurut Lucius, idealnya penghasilan anggota DPR ditentukan berdasarkan kinerja. Jika kinerjanya buruk, maka sebaiknya anggaran dikurangi.