Internasional
PBB Desak China dan Amerika Serikat Hindari Perang Dingin Baru
Sekjen PBB, Antonio Guterres mendesak AS dan China untuk menghindari Perang Dingin baru. Gutteres mengangkat keprihatinan dalam sebuah wawancara
SERAMBINEWS.COM, NEW YORK - Sekjen PBB, Antonio Guterres mendesak AS dan China untuk menghindari Perang Dingin baru.
Gutteres mengangkat keprihatinan dalam sebuah wawancara dengan AP, yang diterbitkan Senin (20/9/2021) tentang Perang Dingin lainnya antara AS dan China.
Guterres membuat komentar menjelang Sidang Umum PBB minggu ini di New York.
Guterres mengatakan kesepakatan AS-Inggris untuk menyediakan kapal selam bertenaga nuklir ke Australia hanyalah satu bagian kecil dari teka-teki yang lebih kompleks.
Tetapi, hubungan yang sepenuhnya disfungsional antara China dan Amerika Serikat yang harus menjadi perhatian semua pihak.
"Kita perlu membangun kembali hubungan fungsional antara kedua kekuatan," kata Guterres kepada AP dalam wawancara yang dilakukan Sabtu (18/9/2021).
Baca juga: PBB Kutuk Milisi Houthi, Eksekusi Sembilan Warga Sipil di Depan Umum
Dia menambahkan itu penting untuk mengatasi masalah vaksinasi, perubahan iklim dan tantangan global lainnya.
Dimana, tidak dapat diselesaikan tanpa hubungan konstruktif dalam komunitasinternasional, terutama di antara negara adidaya.
"Kita harus menghindari Perang Dingin yang akan berbeda dari yang lalu, dan mungkin lebih berbahaya dan lebih sulit untuk dikendalikan," kata Gutteres.
Kesepakatan kapal selam nuklir telah menjadi bagian dari kemitraan keamanan baru antara AS, Inggris dan Australia, dikenal sebagai AUKUS.
Tetapi, telah menimbulkan kemarahan pejabat China dan Korea Utara yang mengatakan dapat mengancam stabilitas kawasan Asia-Pasifik.
Negara-negara AUKUS mengatakan untuk membuat kawasan itu lebih aman.
Baca juga: Dewan Keamanan PBB Desak Taliban Bentuk Pemerintahan Inklusif
Pemerintahan Joe Biden mengatakan Australia tidak mencari senjata nuklir dan ketiga negara AUKUS berkomitmen untuk non-proliferasi.
Pemerintah Prancis menarik duta besarnya untuk AS dan Australia atas kesepakatan itu, yang membuat kontrak kapal selam Prancis senilai $90 miliar dibatalkan.
Pejabat Australia menolak tuduhan Prancis ,menikam dari belakang atas kesepakatan itu.