Berita Pidie
Bawang Merah Pidie dan Pidie Jaya Kuasai Pasar di Aceh, Mampu Saingi Bawang Impor dari China
produksi bawang merah asal Pidie dan Pidie Jaya, sementara ini mulai menguasai pasar bawang merah di Aceh
Penulis: Herianto | Editor: Muhammad Hadi
Pengurus atau anggota Kadin Aceh, selaku pemodal tanaman bawang mendapat pembagian hasil penjualan bawang pada saat panen sebesar 40 persen.
Baca juga: Berkunjung ke Kota Subulussalam, Ini Agenda dan Lokasi yang Dikunjungi Ustadz Abdul Somad (UAS)
Sistem bagi hasil ini, sudah berjalan dan hasil panen bawang merahnya juga sudah dinikmati oleh anggota kelompok tani bawang merah di Pidie dan Pijay.
Zakarya mengatakan, modal satu hektar bawang merah mencapai Rp 35 juta.
Sementara produksi bawang merah dalam satu hektar bisa mencapai 6 ton.
Anggota Kadin selaku pemodal tanam bawang, akan membeli hasil panen bawang merah petani dengan harga sekitar Rp 20.000-/Kg.
Sehingga jika dalam satu hektar tanaman bawang merah bisa menghasilkan 6 ton bawang merah, dikali Rp 20.000/Kg, total penjualan bawang merah petani nilainya mencapai Rp 120 juta.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini, Senin (11/10/2021), Ini Rincian Lengkap Harga Emas Per Gram
Setelah dipotong modal Rp 35 juta, pendapatan bersih dari tanam bawang merah nilainya sekitar Rp 85 juta.
Pendapatan sebesar itu, dibagai lagi 60 persen untuk kelompok tani dan 40 persen untuk penyedia modal tanam bawangnya.
“ Pendapatan senilai itu diperoleh petani hanya dalam waktu dua bulan setengah,”ujar Zakarya.
Zakarya mengatakan, pola pengembangan tanam bawang terpadu yang dibangunnya dengan Yayasan Pionir Nusantra ini, sudah berhasil memotong penjualan bawang petani dari tengkulak.
Harapan kepada pemerintah pusat dan daerah adalah membantu mesin pengering dan membangun rumah bawang merah.
Fungsinya sebagai tempat penjemur bawang merah yang baru di panen petani dan tempat penyimpan, agar bawang merah bisa bertahan sampai tiga bulan.
Baca juga: Sebelum Terlambat, Judi Online Wajib Diblokir, di Inggris Kerugian Capai Rp 23 Triliun
Kepala Kantor Perwakilan BI Aceh, Achris Sarwani mengatakan, pola pengembangan tanaman bawang merah yang dilakukan Pengurus Yayasan Pionir Nusantara dan Pengurus dan Anggota Kadin Aceh itu sudah tepat.
Untuk menghidupkan kegiatan industri pertanian di satu wilayah, harus dengan sistem pertanian terpadu atau terintegrasi.
Kelompok tani selaku pihak yang akan menanam tanaman bawang merah, mereka jangan lagi dibebani dengan pengadaan bibit, pupuk dan pembasmi hama, serta biaya olah tanah.