Cerita Cucu Sultan Aceh Mencari Jejak Saudara-saudaranya

Dari istri-istrinya itu, Sultan memiliki tujuh anak (satu di antaranya mangkat saat bayi) dan 40 cucu

Editor: bakri
Serambi Indonesia
Cucu Sultan Aceh terakhir, Tengku Dian Anggraeni (kiri), saat peletakan batu pertama pemugaran makam Sultan Aceh, Muhammad Daud Syah. 

Adapun istri keempat Sultan Muhammad Daud Syah adalah Hajjah Neng Effi (berasal dari Banten dimakamkan di Pekuburan Raja-raja Komplek Baperis, Banda Aceh). Pasangan ini dikaruniai lima anak:

Anak pertama Sultan dari Neng Effi adalah Tengku Poetro Laila Kusuma, yang kemudian memiliki anak: Cut Nazaria (tinggal di Banda Aceh), Teuku Nazarudin (tinggal di Jakarta), Cut Kasmawati (tinggal di Banda Lombok), Cut Mutia (tinggal di Banda Aceh), dan Fauziah (tinggal di Banda Aceh).

Anak kedua, Tuwanku Muhammad, memiliki keturunan yaitu Tuwanku Muhammad Daud di Jakarta (almarhum), dan Tuwanku Yusuf di Jakarta (almarhum).

Anak ketiga bernama Tuwanku Aziz, memiliki keturunan Tengku Farida (tinggal di Jakarta), Tuwanku Saiful Anhar (tinggal di Jakarta), Tengku Azizah (tinggal di Banda Aceh), Tengku Sila (tinggal di Jakarta), Tengku Inal (tinggal di Jambi), Tengku Inong (tinggal di Karawang), Tuwanku Maulana (tinggal di Jakarta), Tuwanku Iskandar (tinggal di Jakarta), Tuwanku Hikmah (tinggal di Jakarta).

Anak keempat Sultan Tuwanku Hasyim dan anak kelima bernama Tuwanku Ali Zulkarnaen Samsul Bahar. Tuwanku Ali Zulkarnaen Samsul Bahar memiliki tujuh anak, yaitu: Tuwanku Boy Rizal Agustiaz (tinggal di Jakarta), Tuwanku Piaramon Julizar (tinggal di Jakarta), Tengku Dian Anggraeni (tinggal di Jakarta), Tengku Devi Aditia Fenica (tinggal di Jakarta), Tengku Poppyca Mardiana (tinggal di Jakarta), Tengku Mutia Depril Kartin (tinggal di Jakarta),  Tengku Sendy Marliza (tinggal di Jakarta).

Tengku Dian Anggraeni menjelaskan, dirinya sejak kecil memang diberitahu dan diajarkan oleh ayahandanya tentang tata laku dan silsilah keturunan Sultan Aceh. “Meski kami tinggal di Jakarta, tapi kami dididik sebagai keluarga kerajaan. Termasuk cara kami bertegur sapa dan sebagainya,” kata perempuan yang lahir 4 Februari 1975 ini.

Ayahandanya, Tuwanku Ali Zulkarnaen Samsul Bahar meninggal dunia  25 April 2009, dan dimakamkan  di Pondok Kelapa, bersisian dengan makam istrinya. Tengku Dian Anggraeni sendiri baru menjejakkan kaki di Banda Aceh untuk pertama kali pada 2017 silam.

Ia mencoba melakukan silaturahmi dengan saudara-saudaranya yang ada di Aceh. “Tapi memang saya tidak bisa mendatangi semua, sebab saat itu waktu saya hanya tiga hari,” bebernya.

Tapi sejak itu, komunikasi antar keluarga besar Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah mulai terjalin. “Bahkan sudah ada yang namanya Kaum Alaidin,” ujarnya.

Ia mengharapkan, ke depan keluarga Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah bisa semakin mempererat silaturahmi kembali. Sebab selain karena sudah tua, juga banyak yang tinggal di luar Aceh. “Setidaknya ada 16 orang yang tinggal di luar Aceh,” sebut Teungku Dian Anggraeni.(Fikar W Eda)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved