Hoaks

Remaja dan Lansia Rawan Kena Hoaks Soal Vaksin, Jubir Vaksinasi: Baru Dapat Info, Langsung Disebar

Siti Nadia Tarmizi mengatakan, walaupun jumlah vaksin yang disuntikkan 172 juta, masih terdapat pekerjaan rumah pemerintah terutama dari sisi sasaran.

Editor: Eddy Fitriadi
(Tribunnews.com/Apfia Tioconny Billy)
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, walaupun jumlah vaksin yang disuntikkan 172 juta, masih terdapat pekerjaan rumah pemerintah terutama dari sisi sasaran vaksin, yaitu kelompok lanjut usia (lansia). 

SERAMBINEWS.COM - Vaksinasi Covid-19 dosis pertama di Indonesia sudah mencapai angka 108,5 juta.

Sedangkan untuk dosis kedua sudah di angka 30 persen atau kurang lebih 63,5 juta masyarakat telah mendapatkan dua kali penyuntikan dari 208 juta orang.

Sehingga jumlah vaksin yang sudah disuntikkan hingga saat ini mencapai 172 juta.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, walaupun jumlah vaksin yang disuntikkan 172 juta, masih terdapat pekerjaan rumah pemerintah terutama dari sisi sasaran vaksin, yaitu kelompok lanjut usia (lansia).

"Lansia baru 7,6 juta atau 35 persen yang mendapat vaksin dari 21,5 juta. Artinya masih ada lansia yang belum mau divaksin," ucap Siti Nadia dalam diskusi online dengan tema "Masih Ada Hoaks di Antara Kita dan Vaksin Covid-19", Selasa (19/10/2021).

Walaupun lansia masuk dalam prioritas vaksinasi Covid-19, kecepatan penyuntikan pada lansia lambat karena masih banyak lansia yang salah persepsi dan ada pula menolak divaksin.

"Persepsi yang salah ini bisa juga dikarenakan mereka menerima informasi atau pun hoaks yang kemudian membuat mereka tidak yakin untuk divaksin," katanya lagi.

Selain pada lansia, tantangan vaksinasi Covid-19 juga pada remaja usia 12 hingga 17 tahun.

Para orang tua remaja ragu anaknya mendapat vaksinasi karena informasi yang beredar.

Menurut Siti, sejak Januari tercatat 2.000 hoaks mengenai vaksinasi Covid-19 yang beredar. Sayangnya, sekitar 50% masyarakat Indonesia tidak mengecek informasi yang didapat apakah benar atau tidak.

Mereka yang membaca informasi itu terkadang menjadi ragu atau bahkan meyakini informasi itu apalagi jika yang mengirimkan informasi adalah orang yang dipercaya.

"Orang Indonesia sangat care dengan orang lain. Sehingga begitu menerima berita yang sepertinya akan membahayakan kerabat, teman atau pun, langsung disebar ke kelompok WhatsApp grup, langsung di share. Ini kadang-kadang yang membaca menjadi ragu divaksin atau meyakini. Kalau mau lihat situs Kominfo, itu ada info yang menjelaskan postingan hoaks atau bukan," jelas Nadia.

Direktur Pengelolaan Media, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Nursodik Gunarjo mengakui jika jumlah hoaks yang beredar di masyarakat terkait Covid-19 sudah 2 ribu. Namun, jumlah itu merupakan anak-anak dari info hoaks.

"Induknya 363 substansi. Tetapi dari substansi itu beranak pinak. Kalau data di kami 1.957, tetapi itu data terakhir pada 19 September pukul 06.00 WIB di trust positif kominfo.co.id. Kalau jam ini mungkin bisa sejumlah itu," ucap Nursodik.

Ia memaparkan, info hoaks Covid-19 banyak disebar melalui WA dan Facebook (FB). Dua platform ini sering dipakai masyarakat untuk menyampaikan ke teman-teman mereka. Namun terkait isi, mereka tidak create.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved