Berita Banda Aceh
Mahasiswi Katolik, Kristen, dan Buddha Akui Nyaman Tinggal di Aceh, Simak Pengakuannya
“Saya memilih tidak memakai jilbab di sekolah dan kampus, teman-teman saya memahami ini,” kata Ester Situmeang.
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Nurul Hayati
Iqbal mengatakan, gerakan radikal dan ekstrimis dapat terjadi jika salah dalam memahami agama.
“Moderasi beragama yang dimaksudkan di sini adalah mengatur pola pikir, tidak melakukan penafsiran agama yang menyimpang,” kata Iqbal.
Hasan Basri M Nur menyebutkan, dari masa ke masa rakyat Aceh sudah teruji sangat toleran terhadap adanya kenyataan agama yang berbeda.
Dia mencontohkan, ketika Indonesia dalam proses reformasi 1998 yang mana di daerah-daerah lain banyak terjadi kekerasan atas nama agama, tetapi di Aceh tidak terjadi hal demikian.
Tidak ada tindakan perusakan gereja, vihara, kuil dan tidak ada pengusiran penduduk agama minoritas di Aceh.
Selain mengundang mahasiswa lintas agama, panitia dari KWPSI juga mengundang sejumlah siswa yang tergabung dalam OSIS, seperti SMA Mathodist, SMA Katolik Budi Darma, MAN Tungkop, MA Darul Ulum Banda Aceh dan lain-lain.
Dalam kesempatan itu, panitia dari KWPSI membagi baju kaos berisi kampanye Aceh Nanggroe Toleran dengan gambar Sultan Iskandar Muda kepada pemuda lintas agama, narasumber, dan para wartawan. (*)
Baca juga: UIN Ar-Raniry Banda Aceh Gelar Workshop Moderasi Beragama, Begini Maksudnya Hingga Materi Narasumber