Melihat Rumah Toke Tawi, Jejak Saudagar Internasional di Gampong Aree, Pidie

Ternyata rumah itu kosong melompong, tak berpenghuni. Beberapa bagian dinding dan lantai mulai bolong

Editor: Amirullah
ist
Hasan Basri M. Nur saat berada di rumah Toke Tawi yang kini terlantar 

“Alangkah beruntungnya kambing-kambing itu, selama Pemkab setempat tidak memberi perhatian pada peninggalan sejarah ini,” gumam batinku.

Setelah saya telusuri, ternyata rumah itu adalah milik Toke Tawi, pemilik Firma Haji Tawi & Son. Toke Tawi adalah saudagar Aceh yang go internasional pada masa Kolonial Belanda hingga awal kemerdekaan.

Pada era Kolonial Belanda dan Jepang, Firma Haji Tawi & Son menjalankan bisnis ekspor impor, mengirimkan komoditi Aceh ke luar negeri via Pulau Pinang dan Singapura serta memasukkan sejumlah hasil indistri dari negeri ke Aceh.

Pada masa Belanda, di rumah Tawi yang kini terlantar itu telah terparkir beberapa mobil sedan. Demikian juga di rumah besar yang ada di depannya, yaitu rumah Are Kasem, kakek dari Khairul Rijal. Namun, sayangnya, rumah keluarga Are Kasem telah dirombak total sehingga tak tampak sisi klasiknya.

Rumah peninggalan Almarhum Toke Tawi yang kini tak terurus menjadi bukti dari jejak saudagar internasional di Gampong Aree dan sekitarnya (termasuk Reubee). Gampong Aree dan sekitarnya adalah kawasan yang melahirkan banyak saudagar pada masa lampau, bahkan ada yang menyebut hingga kini.

Baca juga: Link Kisi-Kisi Soal Ujian SKB CPNS 2021 Semua Formasi Jabatan, Aturan Ujian Hingga Pengolahan Nilai

Museum Sudagar Aceh

Gampong Aree, khususnya Meunasah Ulee Tutue Raya, adalah produsen saudagar pada era Belanda, Jepang. Selain Firma Haji Tawi & Son, terdapat beberapa perusahaan lain yang masyhur pada masanya, seperti NV Permai, Puspa, Permata, dan Firma Jacob Kasem.

Melalui tulisan ini, saya hanya mampu memberi saran kepada Pemkab Pidie untuk mengambilalih rumah Saudagar Tawi, apalagi tak ada ahli waris yang menempati dan merawat rumah kuno itu.

Bupati Pidie, Roni Ahmad SE MSi perlu mendekati ahli waris Tawi untuk melakukan negosisasi ganti rugi sehingga ia menjadi aset Pemkab Pidie. Selanjutnya rumah itu direhab dalam wujud asli dan dijadikan sebagai Museum Saudagar Aceh.

“Bicara Tawi & Son bukan sekedar bicara Pidie, seharusnya tanggung jawab masyarakat Aceh seluruhnya, krn sampai hari ini pun blm ada pengusaha Aceh punya cabang sampai Singapura dan Surabaya,” tulis Shalahuddin Al-Fata, cucu Teungku Chik Hasan Krueng Kale Aceh Besar dalam sebuah kemontar di FB saya.

“Utk itu perlu ada tulisan sekalian menjadikan rumah mrk sbg cagar keberhasilan pengusaha Aceh, sehingga hrs jadi pelajaran knp bisnis mereka tdk ada penerusnya dimana kesalahannya?,” lanjut Shalahuddin yang juga pengusaha di Jakarta.

Dari gedung Museum Saudagar Aceh ini pemerintah dapat membuat berbagai program revitalisasi jiwa wirausaha masyarakat Aceh, khususnya Pidie, dalam menghadapi era perdagangan bebas dan digital.

Museum Saudagar Aceh dari bekan rumah pemilik Firma Haji Tawi & Son ini akan memudahkan dalam memantik kemunculan dan kebangkitan saudagar internasional gaya baru dari Aceh. Pilihan ada pada Ulul Amri Pidie, mari berbuat atau diam membisu melihat jejak sukses indatu? Semoga!

Banda Aceh, 16 November 2021

Penulis,

Hasan Basri M. Nur

Mahasiswa Program PhD pada University Utara Malaysia (UUM) Negeri Kedah, email: hasanbasrimnur@gmail.com

Baca juga: Dapat Video Call dari Kapolri, Teuku Tegar Abadi Masih Tak Menyangka Apalagi Ditawari Jadi Polisi

Baca juga: Pemerintah Siapkan Skema Pelaksanaan Ibadah Haji 2022

Baca juga: Ngotot Wilayahnya Lepas dari Kawasan TWA, Masyarakat Kepulauan Banyak Rela Patungan Kumpulkan Dana

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved