Kupi Beungoh

ISTRI Itu RATU Atau  PEMBANTU; Tergantung Kwalitas Iman, Ilmu Dan Akhlak Suami

Padahal sesungguhnya PENAMPILAN ISTRI MENUNJUKKAN WIBAWA, KEDUDUKAN, DAN MARTABAT SUAMI.

Editor: Amirullah
ist
Ainal Mardhiah, S.Ag. M.Ag adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar Raniry Banda Aceh 

Bantuan ketika istri repot dengan anak dan bantuan lain dalam hal mengurus rumah tangga, sehingga istri  merasa bahagia tidak kelelahan sendiri karenanya.

Ini harus diupayakan oleh suami karena seorang perempuan yang tadinya bahagia dengan orang tuanya, merdeka kemana mana,  bebas, lalu dinikahi,  kemudian perempuan ini harus melahirkan, dengan bertaruh nyawa, menyusui, menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengabdi kepada pasangannya, seluruh waktu, pikiran,  tenaga, dan kebebasannya untuk mengurus rumah,  dan anak-anaknya.

Terlebih lagi mengurus dan melayani suami,  tanpa ada gaji yang ia harapkan setiap bulannya, tulus, ikhlas. Jika setiap bulan suami memberikan uang,  yang terkadang tidak mencukupi,  tapi di cukup cukupkan oleh istri,  atau ditutupi oleh istri.  Uang tersebut  untuk belanja keperluan rumah tangga dan anak, dan itu kewajiban suami.

Akad nikah bukanlah  akad kerjasama antara suami dan istri untuk menanggung nafkah  rumah tangga bersama-sama atau istri harus membantu suami dalam urusan nafkah.

Akad nikah,  bukan akad perjanjian istri bersedia menjadi pelayan dan pembantu di rumah suaminya sebagaimana yang sering kita lihat dan terjadi di masyarakat.

Sebelum menikah, seorang anak perempuan tampil chantik,  rapi, menarik,  setelah menikah menjadi dekil,  tidak terawat, tidak terurus.

Apalagi kalau sudah punya anak, dari pagi sampai pagi kembali dengan daster kumuh yang gak sempat di ganti, karena dari pagi sampai pagi kembali sibuk dengan anak, dengan rumah,  belanja keperluan rumah, sibuk dengan baju kotor, piring kotor,  memasak, mengurus dapur kotor, kasur, ditambah lagi ada yang harus mencari rezeki ke kebun,  ke ladang,  atau kesawah.

Berganti hari, minggu, bulan,  dan tahun,  masih dengan rutinitas yang sama, ritinitas yang sangat berat, tidak jelas waktu makan,  tidak jelas waktu istirahat, tidak ada waktu menghibur diri, merawat diri, sangat berat jika tidak dilaksanakan dengan sepenuh cinta,  dan  ikhlas.

Beda dengan yang ke kantor,  pada jam kantor dah tampil rapi, sampai di rumah sudah dekil lagi dengan duster  yang gak sempet di ganti ganti.

Padahal sesungguhnya PENAMPILAN ISTRI MENUNJUKKAN WIBAWA, KEDUDUKAN, DAN MARTABAT SUAMI.

Sementara itu sebagian suami, hanya fokus dengan pekerjaannya, ngopi, sibuk dengan kawan kawannya, hobinya, handphone (hp) nya.

Ngopi dengan teman,  hobi,  bukan suatu hal yang salah menurut saya,  namun itu dilakukan untuk hiburan setelah lelah bekerja, lelah ikut membantu istri di rumah.  Jauh lebih baik lagi jika hobi atau ngopi itu mengajak anggota keluarga ikut serta, dan Istri harus mendukung,  jika itu baik bagi suaminya.

Atau  sebagian suami yang lainnya tidak ada kerja, pagi, siang,  malam di warung kopi. Ketika istri minta uang belanja,  dengan mudah mengatakan tidak ada uang atau marah marah. Sementara makanan harus disediakan.

Jika demikian memperlakukan istri,  sungguh laki-laki itu tidak ada martabat tidak mulia dihadapan Allah SWT.

Karena sebaik-baik suami yang yang paling baik akhlak terhadap istrinya, sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut ini:

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved