Jurnalisme warga
Belajar Merangkai Kata dan Mencerap Motivasi Menulis
Hai sahabat, pecinta literasi di rubrik Jurnalisme Warga Serambi Indonesia. Kali ini saya mereportase kegiatan literasi

Di penjara pun penulis bisa mengurai pena.
Ini keuntungan menulis, menurut Abu Teuming.
Nah! Kata-kata tersebut yang memotivasi saya untuk belajar menulis.
Baca juga: Mahasiswa USK & Siswi di Lhokseumawe Juara I Lomba Menulis Artikel Ilmiah Se-Aceh, Ini Para Pemenang
Pernyataan ini muncul sebab ada tiga ekstrakurikuler yang dibuka di Nurul Fikri ketika itu, yaitu olahraga, menulis, dan tilawah.
Mayoritas santri memilih olahraga, minim sekali yang tertarik ikut belajar menulis.
Saya merasa tak salah pilih, mendalami ilmu literasi ini, apalagi banyak idola saya adalah penulis. Salah seorang idola saya di dunia menulis adalah Tere Liye.
Dia penulis profesional, banyak bukunya yang diterbitkan hingga sekarang.
Tak diragukan, banyak remaja dan orang dewasa, termasuk saya, gemar membaca buku penulis ternama itu lantaran sangat menyentuh.
Setelah mengunyah beberapa buku Tere Leye, lahir lagi semangat saya untuk menulis.
Baca juga: Puluhan Mahasiswa Unimal Ikut Pelatihan Menulis Siaran Pers
Entah menulis buku atau hanya sekadar artikel ringan.
Karena itu, saya konsisten mengikuti tahapan belajar saat di kelas.
Pada awalnya, kami masuk kelas menulis dua kali tatap muka dalam seminggu guna memeras kemampuan.
Selanjutnya, baru diadakan semingu sekali yang dibimbing secara perlahan oleh guru menulis, Abu Teuming yang juga pegiat Forum Aceh Menulis (FAMe).
Baca juga: Ini Daftar Juara Lomba Menulis Hari Santri yang Diselenggarakan Rabithah Thaliban Aceh
Hampir tiada pertemuan yang tak diawali dengan motivasi, bahkan santri diajari tip menulis dengan baik dan menarik.
Setelah beberapa pertemuan, kawan saya, Husni Labib, karyanya menembus media cetak, Serambi Indonesia.