Jurnalisme warga
Belajar Merangkai Kata dan Mencerap Motivasi Menulis
Hai sahabat, pecinta literasi di rubrik Jurnalisme Warga Serambi Indonesia. Kali ini saya mereportase kegiatan literasi

Pada awal belajar menulis, kami hanya dituntut untuk mendeskripsikan suatu benda, seperti sepatu, android, dan aqua menjadi beberapa paragraf.
Bila hanya mampu menulis dua atau tiga paragraf, guru mengajari teknik mengembangkan tulisan, bahkan mencapai 10 hingga 15 paragraf.
Guru menulis saya selalu berpesan, menulis itu membutuhkan pengetahuan luas. Selain itu, harus tahu bahwa menulis perlu bahan, yaitu membaca.
Lewat membaca, bisa lebih banyak kita temukan kosakata baru dan akan memudahkan saat menulis.
Bisa juga membubuhkan kata kiasan agar tulisan lebih menarik dan pembaca tidak suntuk.
Sekarang sangat banyak ditemui orang yang menulis menggunakan kata-kata kiasan, seperti kreator quotes yang dapat dilihat di media sosial.
Dulu, sebelum bersekolah di Nurul Fikri, setiap awal bulan saya selalu ke toko buku untuk membeli beberapa buku bacaan, mulai dari komik Islam hingga beberapa novel.
Sebelum membaca, saya selalu berpikir dan bertanya, mengapa para penulis itu sanggup menulis sebanyak itu.
Baca juga: Hari Santri Nasional 2021, Tradisi Menulis Santri Aceh Harus Dibangkitkan Seperti Ulama Terdahulu
Ini menjadi alasan saya tertarik untuk menulis.
Selain itu, ada juga anak-anak yang sudah bisa menulis seperti beberapa teman SD, bahkan ada karyanya yang sudah diterbitkan.
Penulis teringat saat membaca buku tentang motivasi menulis bahwa karya tulis itu akan abadi atau kekal.
Dulu, saya berpikir bahwa penulis itu tidak memiliki kerjaan lain, tetapi rata-rata penulis itu menulis sebagai hobi, bukanlah sebuah pekerjaan.
Baca juga: Mahasantri Mahad Aly Babussalam Antusias Ikuti Lomba Menulis Dalam Rangka Hari Santri Nasional
Namun, menulis termasuk hobi yang mendatangkan uang, bahkan melebihi dari gaji pekerjaan pokok.
Ada banyak penulis yang memiliki pekerjaan utama, seperti guru menulis kami yang pekerjaannya di kantor pemerintahan, tapi tetap membiasakan menulis.
Ini layak ditiru.