Berita Banda Aceh
Perkebunan Aceh Bakal Melejit, Distanbun Aceh Salurkan 2,7 Juta Bibit, Dari Nilam Sampai Pala
Sektor perkebunan Provinsi Aceh tampaknya akan terus melejit dalam beberapa tahun mendatang. Hal itu tidak terlepas dari bantuan bibit unggul untuk
Penulis: Herianto | Editor: M Nur Pakar
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sektor perkebunan Provinsi Aceh tampaknya akan terus melejit dalam beberapa tahun mendatang.
Hal itu tidak terlepas dari bantuan bibit unggul untuk sektor perkebunan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh.
Untuk tahun 2021 ini saja, sudah disalurkan 2.777.590 batang bibit unggul untuk 15 jenis komoditi perkebunan andalan yang tersebar di 16 kabupaten/kota di Aceh.
Dari jumlah itu, tanaman nilam mendominasi dengan harapan dapat meningkatkan produksi minyak nilam yang dijadikan sebagai bahan parfum dan lainnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun Aceh) Cut Huzaimah kepada Serambines.com, Selasa (28/12/2021) mengatakan bibit tanaman disesuaikan dengan sektor perkebunan dan pertanian Aceh.
Dia menyatakan dari 15 komoditi disalurkan, paling banyak untuk tanaman nilam mencapai 1.415.000 batang.
Dia menjelaskan, bibit tanaman nilam disalurkan untuk dua daerah yang akan menjadi sentra nilam Aceh nantinya.
Baca juga: Wabup Aceh Tamiang Sambangi Dinas Pertanian, Matangkan Konsep Perkebunan Kakao
Dua daerah itu, Aceh Selatan sebanyak 850.000 batang dan Aceh Jaya 585.000 batang.
Cut Huzaimah menjelaskan ada beberapa komoditi andalan perkebunan lainnya yang disalurkan tahun ini.
Seperti kopi arabika dengan jumlah sebanyak 452.000 batang.
Disebutkan, bibit kopi robusta ini disalurkan kepada tiga daerah.
Bener Meriah dan Aceh Tengah, masing-masing 220.000 batang dan Aceh Timur sebanyak 120.000 batang.
Selanjutnya Pinang Betara sebanyak 387.600 batang, untuk 10 daerah.
Dirincikan, Pidie 143.000 batang, Bireuen 87.000 batang, Pidie Jaya 38.000 batang, Aceh Selatan 36.600 batang dan Aceh Besar 23.000 batang.
Kemudian, Aceh Tamiang 18.000 batang, Aceh Jaya dan Aceh Barat masing-masing 12.000 batang dan Kota Subulussalam 6.000 batang.
Kemudian bibit kopi robusta 200.000 batang untuk Kabupaten Pidie.
Baca juga: Kadis Perkebunan Aceh Singkil : Harga Sawit di Atas Ketetapan Pemerintah Aceh
Untuk tanaman kakao atau cokelat klonal disalurkan ke Bireuen sebanyak 42.000 batang.
Ditambahkan, Aceh Selatan mendapatkan bibit pala sebanyak 14.000 batang, bagian dari pengembangan kembali pala di daerah itu.
Untuk Bener Meriah mendapat bibit tanaman lada 26.400 batang.
Sedangkan tanaman karet sebanyak 16.800 batang diberikan ke Aceh Tamiang.
Untuk kelapa sawit sebanyak 14.800 batang untuk dua daerah, Aceh Timur 8.300 batang dan Aceh Jaya 6.500 batang.
Selanjutnya, bibit kelapa genjah pandan wangi 40.000 batang untuk 10 daerah.
Aceh Tamiang 24.000 batang, Sabang 10.000 batang, Aceh Besar 4.870 batang, Aceh Utara 3.200 batang, Nagan Naya 2.800 batang dan Pidie jaya 1.200 batang.
Aceh Timur, Aceh Barat, Abdya dan Aceh Selatan masing-masing 800 batang.
Kelapa hibrida sebanyak 1.560 batang untuk dua daerah.
Aceh Besar 1.193 batang, dan Aceh Jaya 375 batang.
Kelapa dalam sebanyak 20.150 batang untuk dua daerah, Aceh Utara 4.250 batang dan Aceh Selatan 15.900 batang.
Pinang unggulan lokal sebanyak 41.200 batang untuk tiga daerah yaitu Aceh Besar 16.000 batang, Aceh Tamiang 9.200 batang dan Aceh Barat 16.000 batang.
Cut Huzaimah menjelaskan bantuan bibit komoditi unggulan Aceh itu untuk memperluas
area tanaman.
Sekaluigus, untuk peningkatan produksi dan pemenuhan kebutuhan pasar lokal, luar Aceh maupun ekspor.
Baca juga: Hasil Kebun Terancam Membusuk, Masyarakat Bengkelang Kerahkan Alat Berat Perbaiki Jalan
Dia mencontohkan kopi dengan nilai ekspor kopi robusta dan arabika dari Aceh periode Januari – Oktober 2021, menurut catatan dari Kantor Perwakilan BI Aceh sebesar 58,168 juta dolar AS atau sekitar Rp 814,377 miliar.
Tetapi, katanya, sedikit menurun dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 70,347 juta dollar Amerika atau senilai Rp 984,862 miliar.
Kemudian ekspor pinang dari Aceh periode Januari sampai Oktober 2021, nilainya besar mencapai 22.898.907 dolar AS, setara dengan Rp 320,584 miliar.
Nilai ekspornya tahun ini meningkat sebesar 17,39 persen dari tahun 2020 lalu sebesar 19,506.160 juta dolar AS.
Selanjutnya, nilai ekspor komoditi lainnya diantaranya minyak nilam, coklat, pala, ikan dan lainnya dari Aceh, tahun ini cukup tinggi.
Disebutkan, mencapai 63.841.618 dolar AS atau setara dengan Rp 893,782 miliar.
Cut Huzaimah kembali menyinggung penyaluran bantuan 15 bibit unggul tanaman perkebunan, dimana hampir setiap tahun diprogramkan.
Dia beralasan, setiap tahun, pasti ada yang mati, sementara kalau tambahan areal tanaman dari kelompok tani sangat terbatas.
Dia menjelaskan bantuan itu merupakan tanaman komoditi unggulan perkebunan orientasi ekspor.
Selain untuk pemenuhan kebutuhan lokal juga nasional.
"Kita perlu mempertahankan luas areal dan produktivitas buah dan tanaman dengan cara menyalurkan bantuan bibit kepada kelompok tani," ujarnya.
Dia menambahkan juga untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, dalam rangka menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran di desa.
Dia juga menjelaskan tentang sejarah tanaman lada dan pala.
Pada zaman kerajaan Sultan Iskandra Muda, kata Cut Huzaimah, komoditi rempah-rempah, seperti lada, pala, kemiri dan cengkeh menjadi andalan utama.
Pada tahun ini, untuk mempertahankan tanaman itu tetap ada dan terus berkembang di wilayah Aceh dengan bibit tanaman telah disalurkan.
Untuk tamaman kelapa sawit, kata Kadistanbun Aceh itu, permintannya bibitnya cukup tinggi.
Hal itu didasari harga TBS saat ini cukup tinggi berkisar 2.500 – 3.300/kg.
Dia mengakui para petani sawit minta tambahan bibit untuk mengganti tanaman sawitnya yang sudah berumur di atas 40 tahun.
Penyaluran bibit kelapa sawit tetap dilakukan, tapi karena anggaran terbatas, maka jumlah yang disalurkan juga terbatas.
Dikatakan, sekitar 14.800 batang hanya untuk dua daerah, Aceh Timur dan Aceh Jaya.
Baca juga: Apkasindo Bantah Anggotanya Kutip Data Indentitas Pekebun Kelapa Sawit
Untuk peremjaan kelapa sawit, kata Cut Huzaimah, Dirjenbun sudah membuat program peremajaan sawiit rakyat yang disingkat dengan PSR.
Realisasinya masih rendah, baru 442,9 hektare dari kuota yang diberikan tahun ini 20.500 hektar.
“Rendahnya realisasi program PSR di Aceh, karena pengaruh pandemi Covid-19, ujarnya.
Dia menyatakan petugas verifikasi lahan yang turun dari Jakarta ke 9 lokasi yang mengusul program PSR sangat terbatas.
"Jadi wajar saja, target 20.500 hektare tahun ini belum tercapai, dan akan dilanjutkan pada 2022 mendatang,” ujar Cuit Huzaimah.(*)