Penyebab Banjir di Aceh

Jejak Perusak Hutan di Koridor Hutan Tamiang, Langsa dan Aceh Timur

Siklus musiman banjir semakin rutin, setiap tahun banjir terjadi di Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang akibat perusakan hutan.

Penulis: Zubir | Editor: Taufik Hidayat
hand over dokumen pribadi
Ketua LSM Bale Juroeng, Iskandar Haka (tengah) usai menerima Penganugrahan Kasim Anugrah Award, di Kampus USK Banda Aceh, Kamis, 30 September 2021 

"Sampai saat ini, sehemat saya, Pemerintah Aceh melakukan kebijakan monitorium pemanfaatan kayu dari hutan alam, walaupun ada hanya pemberian izin terbatas untuk konsumsi di dalam provinsi Aceh saja," kata Iskandar Haka.

Perubahan Iklim

Perubahan iklim itu nyata, hujan datang tidak mengenal musim, bisa saja di musim kemarau hujan turun dengan lebat dan sebaliknya di musim penghujan relative bisa kemarau dan kelangkaan air, angin puting beliung menjadi rutinitas di wilayah Aceh.

Mata rantai siklus kehidupan banyak yang terputus, ini semua tidak lain jumlah kawasan hutan alam dari hulu sampai kehilir hancur berantakan, seperti kita ketahui bersama bahwa hutanlah yang menjadi kunci kestabilan iklim di muka bumi.

Kebutuhan kayu dan upaya perbaikan hutan alam berbanding terbalik, bagi dari segi kuantitas maupun kualitasnya, khususnya di hutan alam di hulu maupun di hilir kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang degradasi kerusakan relative tinggi.

Baik oleh kegiatan illegal logging maupun konversi lahan, khusus untuk illegal logging sangat disayangkan sebagian besar kayu-kayu dari hutan Aceh ini mengalir.

Atau dengan mudah menuju provinsi tetangga yaitu Sumtera Utara untuk dipasarkan disana bahkan sebagian di ekspor dan menjadi legal khusunya ekspor kayu arang.

Baca juga: Bejat! Pria Aceh Besar Ini Tega Setubuhi Anak Tiri Selama 3 Tahun, Digagahi Sejak Masih Umur 6 Tahun

Kita, masyarakat Aceh tidak memperoleh keuntungan yang signifikan baik untuk PAD maupun mata rantai usaha di hilirnya karena sebagian besar kayu tersebut di bawa kesana setengah jadi atau dalam balok tim.

Siapa yang bermain, tentu saja penusaha jahat dari provinsi tetangga kita dan oknum-oknum  perusak institusi di wilayah Aceh membeking kegiatan ini untuk keuntungan pribadi.

Data-data menunjukkan hanya sedikit dari kayu hasil illegal logging ini dapat tertangkap dan dilelang menjadi pemasukan pemerintah.

Kajian LSM Bale Juroeng

Menurut Iskandar Haka, Ketua LSM Bale Juroeng, mengungkapkan, sebagai contoh yaitu Krueng/ Sungai Tamiang, sebagai DAS Utama di kabupaten Aceh Tamiang, mewakili karakteristik krueng atau sungai di Aceh.

Memiliki panjang dari hulu sampai ke hilir sekitar 46,55 km serta memiliki 14 anak sungai dengan panjang keseluruhannya sekitar 172,20 km.

Karena banyaknya anak sungai maka terdapat beberapa titik yang menjadi hulu anak sungai atau tahapan hulu, dan bertemu pada tahapan muara di Kota Kuala Simpang.

Satu bagian atau sungai simpang kiri berhulu di Kecamatan Tenggulon di pengunungan Bukit Barisan, dan sungai simpang kanan/ induk sungai 9 sungai tamiang).

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved