HUT Ke 33 Serambi Indonesia

33 Tahun Serambi Indonesia: Phaederus, Acta Diurna dan Sjamsul Kahar

Dalam hal menulis, Senat Romawi pada masa itu, melaporkan pekerjaan lembaga itu kepada publik yang ditulis pada batu menir yang dipahat.

Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Ibrahim Hasan mengenal baik Sjamsul Kahar, demikian juga sebaliknya.

Menggunakan istilah Acta Diurna, Sjamsul tidak saja seorang diurnarii -jurnalis profesional. Ia juga seniman dan
pembelajar yang sangat serius.

Pengalaman kewartawanan dan kecendikiaannya sangat cocok dengan kimia pikiran dan wawasan Ibrahim Hasan yang berambisi besar membangun Aceh.

Baca juga: Smile Train Gelar Operasi Bibir Sumbing dalam Rangka Memeriahkan HUT Ke-33 Serambi Indonesia

Nourhalidin, Mimbar Swadaya, Hingga Bustanul Arifin 

Serambi Indonesia tentu saja mustahil terbit tanpa keterlibatan Nourhalidin, sang pemilik dan pemimpin redaksi Harian Mimbar Swadaya yang kemudian bertransformasi menjadi Serambi Indonesia.

Ada “kemarau” izin penerbitan media pada masa Orde Baru, dan berkat Harian Mimbar Swadaya itulah, Serambi Indonesia lahir.

Kelahiran Serambi Indonesia tidaklah sangat gampang, karena memang yang dibutuhkan tidak hanya keinginan dan ambisi.

Yang dibutuhkan mobilises besar-besaran, terutama keuangan, keahlian, dan jaringan.

Keunggulan mobilisasi sumber keuangan, tanpa ditopang oleh keahlian dan jaringan tentu saja akan sia-sia, demikian juga sebaliknya.

Seorangpun mungkin tidak tahu apakah mendiang Jacob Utama, pendiri dan pemilik Group Kompas Gramedia, akan mau ikut terlibat dalam penerbitan Serambi Indonesia, tanpa keterlibatan Sjamsul Kahar?

Selanjutnya banyak pihak yang juga tidak tahu betapa Group Kompas tidak akan mau berinvestasi tanpa ada mitra lokal yang kuat dan handal.

Ketika sampai pada mobilisasi sumberdaya keuangan peran Ibrahim Hasan menjadi sangat penting.

Ia mampu meyakinkan keluarga Bustanil Arifin untuk ikut berinvestasi di media baru-Serambi Indonesia- yang terbit di Aceh pada masa itu.

Bahkan menurut kabar, adalah Ibrahim Hasan juga yang mampu meyakinkan PT Pupuk Iskandar Muda untuk ikut berinvestasi pada masa-masa awal terbitnya harian Serambi Indonesia.

Kini Harian Serambi Indonesia telah berumur 33 tahun, dan mungkin tidak banyak sejawat media Harian Serambi di berbagai daerah lain yang masih eksis seperti Serambi Indonesia.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved