Opini
Minyak Goreng ‘Memanas’ Gizi Terpenuhi
Harga minyak goreng yang melonjak dalam beberapa waktu terakhir membuat banyak keluarga terutama kaum ibu menjerit

Peningkatan kolesterol ini bisa menjadi akar dari berbagai penyakit seperti kardiovaskular, penyakit jantung koroner, serangan jantung, dan stroke.
Kondisi hari ini sebagian penduduk berusia diatas 50 tahun sudah menjadi pecandu obat-obatan akibat kolesterol tinggi, darah tinggi, diabetes dan segudang penyakit lain yang menyertainya.
Walaupun nyata-nyata berbagai penyakit berasal dari gaya hidup dan pola makan yang salah dan tidak mungkin hanya menggantungkan diripada obat dan teknologi.

Nyatanya mengubah perilaku pola makan dan gaya hidup ini sangatlah sulit.
Betapa menyedihkannya jika di negara maju, anak-anak didorong hidup lebih sehat, bahkan WHO dan UNICEF menganjurkan bahan pangan lokal yang mudah didapat dan murah disekitar kita.
Di tanah air tercinta ini sebaliknya, anak-anak diperkenalkan gorengan sejak dini.
Urusan semakin runyam, jika kita bicara sayur dan buah untuk anak tidak diperkenalkan sejak dini.
Baca juga: Hari Gizi Nasional, Ini 5 Nutrisi Penting yang Dibutuhkan untuk Usia 50 Tahun ke Atas
Baca juga: Cegah Kelangkaan Minyak Goreng, Disperindagkop Awasi Migor di Nagan Raya
Apalagi belakangan ini memasak dianggap tidak semua orang harus bisa melakukannya, bukan lagi kewajiban rutinitas ibu setiap hari.
Lebih banyak ibu rumah tangga menghabiskan waktu untuk kegiatan lainnya ketimbang mempersiapkan pemenuhan gizi di dapurnya.
Untuk mengolah pangan, dengan mudahnya dilimpahkan pada orang lain, bahkan cenderung membeli makanan jadi.
Anak-anak cukup diberi uang jajan, makan malam pun praktis dengan membeli pada pedaganG jalanan sambil pulang dari kantor, begitu pula dengan sarapan pagi.
Apalagi saat ini dimanjakan lagi dengan bisa mendelivery makanan lewat media online.
Lebih kacaunya lagi, jajanan anak-anak ditukar dengan dagangan impor yang kaya penyedap rasa, hanya enak dilidah tapi merusak anak di kemudian hari.
Asupan anak yang tidak sehat ini diam-diam akan membentuk perilaku konsumsi yang akan berurat berakar.
Akibatnya anak minim asupan zat gizi dan berakibat menderita gangguan gizi untuk tumbuh kembang.