Pojok Humam Hamid
Racikan Xi Jinping Untuk Cina Abad 21: Komunis, Konfucius, dan Sun Tzu
Komunisme dalam tangan Xi bukanlah dogma ekonomi seperti era Mao, melainkan alat manajerial untuk menjaga stabilitas, kontrol sosial..
Oleh Ahmad Humam Hamid*)
DI tengah kontestasi global yang kian tajam antara kekuatan lama dan kekuatan baru, Xi Jinping tampil sebagai pemimpin Cina yang mempunyai keunikan dan kelebihan tersendiri.
Ia muncul bukan hanya sebagai pemimpin Cina, tetapi sebagai konseptor utama strategi kebangkitan negeri itu di abad ke-21.
Ia meramu satu resep yang sangat khas—perpaduan antara komunisme modern, kebangkitan nilai-nilai Konfusius, dan strategi Sun Tzu.
Tiga elemen inilah yang kini menjadi fondasi arah domestik dan global Tiongkok, menghadirkan model pemerintahan yang bukan sekadar otoritarian, tetapi berlapis secara ideologis, historis, dan taktis.
Komunisme dalam tangan Xi bukanlah dogma ekonomi seperti era Mao, melainkan alat manajerial untuk menjaga stabilitas, kontrol sosial, dan kesatuan ideologis.
Ia menjadikan Partai Komunis sebagai pusat gravitasi seluruh kehidupan politik dan kebijakan, dari teknologi, pendidikan, budaya, sampai pertahanan.
Xi memperkuat otoritas tunggal partai dengan menyuntikkan pemikirannya ke dalam konstitusi, menegaskan “Xi Jin Ping Thought”- ajaran dan pikiran Xi Jin Ping.
Baca juga: Kekonyolan Bobby dan “Hikayat Ketergantungan”: Yunnan, Bihar, Minas Gerais, dan Aceh
Ini adalah sebuah doktrin resmi yang membingkai segala hal, dari arah pembangunan ekonomi, posisi Cina di dunia, hingga moralitas warga negara.
Kampanye anti-korupsi besar-besaran bukan hanya untuk bersih-bersih internal, tetapi untuk mengeliminasi potensi ancaman terhadap kultus kepemimpinannya.
Namun Xi tahu bahwa kekuasaan tak cukup dipertahankan dengan kontrol saja.
Ajaran Konfucius
Maka ia menggali warisan budaya klasik, khususnya ajaran Konfucius, yang selama abad ke-20 sempat direpresi sebagai sisa feodalisme.
Di era Xi, Konfusianisme direhabilitasi menjadi payung moral dan budaya nasional, namun tetap dalam
Nilai-nilai seperti harmoni, kesetiaan, pengabdian terhadap negara, serta hirarki sosial dimasukkan ke dalam kampanye moral rakyat.
Di sekolah-sekolah, ajaran klasik kembali diajarkan.
Baca juga: Proposal Trump, Otoritas Teknokratis, dan Prospek Damai Palestina
pojok humam hamid
Humam Hamid
Opini
opini serambinews
Meaningful
komunis
Konfucius
Cina
Serambinews.com
Serambi Indonesia
Xi Jinping
MSAKA21: Peureulak dan Samudera Pasai, Poros Mula Islam Nusantara - Bagian XIII |
![]() |
---|
Tambang Rakyat di Aceh: Potensi, Prospek, dan Tantangan |
![]() |
---|
Proposal Trump, Otoritas Teknokratis, dan Prospek Damai Palestina |
![]() |
---|
MSAKA21 - Kerajaan Lamuri: Maritim, Inklusif, dan Terbuka – Bagian XII |
![]() |
---|
Kekonyolan Bobby dan “Hikayat Ketergantungan”: Yunnan, Bihar, Minas Gerais, dan Aceh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.