Konflik Rusia vs Ukraina
Dua Mahasiswa Aceh Berada di Ukraina, Gubernur Doakan Keselamatan
Dua mahasiswa Aceh dikabarkan berada di Ukraina, negeri yang saat ini sedang berkecamuk perang akibat invasi Rusia
"Kita mendapat kontak mereka, lansung dikomunikasikan, lalu kita ajak zoom meeting bersama.
Hal ini sesuai arahan ketua Formad agar perlu segera dikoordinasikan, dikoneksikan dengan pihak Pemerintah Aceh/BPPA, rekan-rekan mahasiswa Aceh di negara tetangga seperti Romania (Ilham), Polandia (Fakhurradhi) dan dengan tokoh-tokoh Aceh di Jakarta," kata Zainal.
‘Yang Terburuk Akan Datang’
Presiden Perancis, Emmanuel Macron, seusai melakukan panggilan telepon selama 90 menit dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyebutkan bahwa yang terburuk akan datang di Ukraina.
Hal tersebut disampaikan seorang ajudan senior Macron yang tak mau disebutkan namanya kepada wartawan, seperti dikutip dari AFP, Kamis (3/3/2022).
Ajudan itu mengatakan, Putin tampaknya berniat merebut seluruh Ukraina.
"Perkiraan presiden adalah yang terburuk akan datang, mengingat apa yang dikatakan Presiden Putin kepadanya," kata ajudan senior Macron.
"Tidak ada apa pun dalam apa yang dikatakan Presiden Putin kepada kami yang dapat meyakinkan kami.
Dia menunjukkan tekad besar untuk melanjutkan operasi," lanjut ajudan tersebut.
Dia menambahkan, Putin ingin menguasai seluruh Ukraina.
“Dia akan, dengan kata-katanya sendiri, melakukan operasinya untuk melakukan 'denazifikasi' Ukraina sampai akhir,” “Anda dapat memahami sejauh mana kata-kata ini mengejutkan dan tidak dapat diterima dan presiden mengatakan kepadanya bahwa itu bohong," imbuh ajudan itu.
Macron juga mendesak Putin untuk menghindari korban sipil dan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk.
"Presiden Putin menjawab bahwa dia mendukung tetapi tanpa membuat komitmen apa pun," ujar ajudan itu seraya menambahkan bahwa Putin membantah militer Rusia menargetkan infrastruktur sipil di Ukraina.
Klaim sesuai rencana
Terpisah, Presiden Rusia, Vladimir Putin mengeklaim operasi militernya ke Ukraina berjalan sesuai rencana dan memperingatkan kompensasi besar untuk tentara Rusia yang tewas dalam invasi.
"Saya ingin mengatakan bahwa operasi militer khusus berjalan dengan ketat sesuai jadwal, sesuai rencana," kata dia, membuka pertemuan dengan dewan keamanannya.
Putin juga menyebut bahwa pihaknya berperang melawan apa yang disebutnya neo-Nazi.
"Kami berperang dengan neo-Nazi," sambungnya, dikutip dari AFP.
Dia mengatakan tentara Rusia berperang dengan berani, seperti pahlawan sejati.
Putin juga memerintahkan kompensasi untuk dibayarkan kepada keluarga tentara Rusia yang tewas di Ukraina.
"Tugas kami adalah mendukung keluarga mereka yang berjuang untuk rakyat Rusia," kata Putin.
Rusia juga menyiapkan bantuan kemanusiaan untuk rakyat sipil Ukraina.
Kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia, Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev mengatakan lebih dari 10.500 ton bantuan kemanusiaan telah disiapkan untuk Ukraina.
Konvoi pertama menunggu untuk diberangkatkan ke Ukraina.
"Konvoi dengan kargo kemanusiaan telah dibentuk untuk memberikan bantuan kepada penduduk Ukraina," katanya pada konferensi pers seperti dikutip dari kantor berita Rusia, TASS Agency, Kamis (3/3/2022).
"Ini adalah makanan, bahan bangunan dan kebutuhan dasar.
Pemerintah federal bersama wilayah Rusia telah menyiapkan lebih dari 10.500 ton kargo kemanusiaan,” ujarnya.
Menurut Mizintsev, konvoi bantuan kemanusiaan dari Krimea telah mencapai pusat-pusat populasi di Ukraina selatan.
Wilayah lain yang mengumpulkan konvoi kemanusiaan termasuk Belgorod, Bryansk, Voronezh, Kursk dan Rostov.
Angkatan bersenjata Rusia juga bersedia memastikan keamanan warga sipil jika Ukraina bersedia menciptakan koridor kemanusiaan bagi mereka.
"Segera setelah kami menerima informasi dari pusat populasi mana pun bahwa pihak berwenang Ukraina siap untuk membuat koridor kemanusiaan dan memastikan jalan keluar tanpa hambatan bagi penduduk sipil, kami akan memberikan jaminan keamanan 100 persen untuk keluar baik ke Rusia maupun ke negara lain bagi kelompok orang atau warga negara mana pun," tuturnya.
Tambah kiriman rudal
Sementara Jerman akan menambah pengiriman senjata ke Ukraina dengan mengirimkan 2.700 rudal anti-pesawat.
AFP melaporkan, pemerintah menyetujui dukungan lebih lanjut untuk Ukraina, termasuk pengiriman rudal anti-pesawat tipe STRELA buatan Soviet yang sebelumnya digunakan oleh tentara komunis Jerman Timur.
Pengiriman senjata pertama Jerman sebanyak 1.000 anti-tank dan 500 rudal anti-pesawat lainnya telah dikirim ke garis depan, kata pemerintah pada Rabu (2/3/2022).
Sebanyak 18.000 helm juga dikirim ke Ukraina selama akhir pekan lalu, sehingga jumlah total yang disumbangkan oleh Jerman menjadi 23.000.
"Peralatan militer lebih lanjut siap dikirim," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman kepada AFP tanpa memberikan rincian lebih lanjut, dan menyebutkan bahwa beberapa item belum disetujui. (fik/kompas.com)
Baca juga: Ukraina Menyesal Serahkan Senjata Nuklir Warisan Soviet, Kini Diserang Rusia dan Dikhianati Barat
Baca juga: 12 Perwira Ukraina Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional, Apa Saja Jasa Mereka di Medan Perang?