Kajian Islam
DUA Kata Ini Tidak Boleh Diucapkan Suami saat Marah kepada Istrinya, Buya Yahya: Dia Laki-Laki Lemah
Dua kata ini ternyata tidak boleh diucapkan suami saat marah kepada istrinya, apa saja? Simak penjelasan Buya Yahya berikut ini.
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM - Dua kata berikut ini ternyata tidak boleh diucapkan suami saat marah kepada istrinya, apa saja? Simak penjelasan Buya Yahya berikut ini.
Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, tentunya tidak akan bisa lepas dari masalah.
Ada beberapa masalah rumah tangga yang sering menerpa pasangan suami istri.
Banyak faktor yang menyebabkan munculnya masalah rumah tangga. Terutama faktor yang berasal dari diri suami maupun istri.
Ketika menghadapi masalah rumah tangga, suami dan istri harus menghadapinya.
Jangan sampai masalah tidak terselesaikan dan memberi dampak buruk untuk hubungan.
Baca juga: Jelang Puasa, Ini Hukum Bersetubuh di Siang Hari Ramadhan Menurut Buya Yahya, Suami Istri Wajib Tahu
Terkhusus untuk para suami, disaat Anda sedang diterpa masalah rumah tangga, ternyata ada dua kata yang tidak boleh diucapkan saat Anda marah kepada istrinya.
Pasalnya, dua kata ini bisa mengakibatkan fatal dalam hubungan berumah tangga dengan sang istri.
Adapun dua kata yang tidak boleh diucapkan suami saat marah kepada istrinya disampaikan oleh Buya Yahya dalam video dakwahnya yang tayang dalam kanal YouTube Al-Bahjah TV pada Minggu (13/3/2022).
Dalam video tersebut, Buya Yahya mengatakan setidaknya ada dua kata yang tidak boleh diucapkan suami saat marah kepada istrinya.
Dua kata tersebut adalah kalimat cerai dan mencaci sang istri.
"Hindari dalam amarah, pertama kalimat cerai, yang kedua, kalimat caci," ucap Buya.
Baca juga: Jangan Sembarangan Minum Obat Penunda Haid saat Ramadhan, Ini Pandangan Islam Menurut Buya Yahya
Dalam kondisi marah, usahakan sebisa mungkin seorang suami agar tidak mudah mengucapkan kata cerai kepada istri.
"Wahai saudarau, para bapak, para suami tercinta , jangan gampang main cerai, kok seperti tidak ada kata-kata lain?," sambung Buya.
Saran Buya, saat Anda seorang suami sedang marah, gantilah kalimat caci maki dengan panjatan doa dan harapan, dan jangan pernah mengucapkan kalimat cerai saat dalam keadaan marah.
"Jadi mau semarah apapun 'Ya Allah, ampuni saya ya Allah,' kalaupun Anda marah betul, dia semoga Allah beri petunjuk kepada dia semoga begitu saja, jangan kalimat cerai," imbuh Buya.
Lebih lanjut kata Buya, adapun ciri-ciri lelaki lemah adalah seorang suami yang mudah mengucapkan kata cerai dan melakukan kekerasan saat ia dalam keadaan marah kepada istrinya.
"Laki-laki lemah adalah kalau ingin menundukkan istrinya dia harus dengan kekerasan atau dengan kata cerai," pungkas Buya Yahya.
Baca juga: Jelang Puasa 2022, Bolehkah Istri Memasturbasikan Suami di Siang Hari Ramadhan? Ini Kata Buya Yahya
Nasihat untuk Pasangan yang Ingin Bercerai, Buya Yahya: Cerailah dengan Cara yang Baik dalam Islam
Buya Yahya memberi nasihat agar bercerai dengan cara yang baik dalam Islam jika merasa sudah tidak cocok lagi dengan pasangan.
Perceraian memang tidak dilarang dalam agama Islam, namun Allah membenci sebuah perceraian.
Bercerai adalah jalan terakhir ketika terjadi permasalahan dan saat semua cara telah dilakukan untuk mempertahankan rumah tangga, namun tetap tidak ada perubahan.
Dalam Islam, perceraian adalah suatu tindakan yang diperbolehkan, asalkan dengan cara yang benar.
Menurut Buya Yahya, jika seandainya ada pasangan yang memutuskan ingin bercerai, maka boleh-boleh saja.
Namun, kalaupun ingin bercerai kata Buya Yahya, sebisa mungkin ajarilah sang anak terlebih dahulu untuk bisa berperilaku baik terhadap ayah maupun ibunya.
Baca juga: Jelang Ramadhan 2022, Apakah Membersihkan Telinga Bisa Membatalkan Puasa? Begini Kata Buya Yahya
Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Buya Yahya melalui kanal YouTube Al-Bahjah TV, dikutip Serambinews.com pada Jumat (4/3/2022).
"Kami sampaikan kepada siapa pun, biarpun tidak ada permasalahan berat seperti yang diceritakan, kalau terjadi perceraian wahai hamba Allah, ajari anakmu," kata Buya.
Jika Anda seorang suami dan bercerai dengan istri, maka ajari anak Anda untuk bisa baik dan berbakti kepada ibunya.
Begitu pula jika Anda seorang istri, maka ajari anak Anda untuk berbakti kepada ayahnya meskipun sudah bercerai.
"Kalau Anda bercerai dengan istri, ajari anak Anda untuk bisa baik dengan ibunya," kata Buya.
Meskipun demikian, terkadang masih ada para orang tua yang merasa takut jika hak anaknya diambil oleh mantan pasangannya ketika bercerai.
Baca juga: Harus Dipelajari Suami, Begini Tips Mengajak Istri Berhubungan Intim Menurut Buya Yahya
Menanggapi hal itu, Buya Yahya mengingatkan untuk jangan pernah merasa takut jika hak sang anak diambil oleh pasangan.
Sebab mau bagaimanapun, tetap saja mantan pasangan kita tersebut adalah ayah/ibu dari sang anak, sehingga jangan pernah merasa takut diambil.
"Jangan takut masalah hak anak diambil ibunya, ya memang dia ibunya mau gimana, seorang istri juga nggak usah takut anaknya diambil oleh ayahnya, lah karena memang dia ayahnya," tegas Buya.
Hanya saja terkhusus untuk para istri, kata Buya Yahya, bisa membuat semacam jaminan kepada mantan suami. Misalnya terkait persoalan pola asuh hingga pendidikan anak.
Apalagi terkadang seorang suami sibuk bekerja sehingga ia tidak memiliki waktu cukup untuk mengurus anak.
Dalam hal ini, mantan istri harus memberitahu kepada mantan suaminya untuk memberikan penjelasan yang tepat dengan cara yang baik-baik soal mengurus anak.
Baca juga: Sandal Tertukar di Masjid, Bolehkah Pakai Sandal Milik Orang Lain? Begini Jawaban Buya Yahya
Sehingga para istri bisa mengajukan diri untuk merawat sang anak terlebih dahulu, sambil mengajarinya.
Lalu nanti suatu ketika akan dikembalikan kepada ayahnya sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat oleh kedua belah pihak.
"Kalau masalah pendidikan mungkin ayahnya nggak bener, kasih pesan istrinya kepada sang ayah 'wahai mantan suamiku, biarkan anak ini baik dulu saya didik, nanti suatu ketika akan ku kembalikan sama kamu' kasih jaminan semacam itu," sambung Buya.
Lebih lanjut kata Buya, tindakan soal merebut anak bagi ayah/ibu yang sudah bercerai adalah tindakan yang tidak baik.
Bahkan soal rebutan hak asuh anak ini bisa menghasilkan anak yang broken home, yaitu anak yang dipecah psikologisnya.
"Sehingga menimbulkan anak yang broken home, broken home itu anak yang dipecah begituloh psikologinya broken home itu," ucap Buya.
Anak broken home ini terjadi disaat keda orang tuanya berebut pola asuh dan apabila anak tersebut berada bersama ayah/ibunya, semua permintaan sang anak akan dituruti.
"Minta apa saja diturutin, akhirnya minta yang nggak bener diturutin karena apa? sang ayah takut anaknya bersama sang ibu. Disaat giliran bersama sang ibu, ibu menuruti semua keinginan anak, yang penting tidak ke ayahnya, akhirnya anak rusak, itu broken, broken ya begitu," lanjut Buya.
Agar kondisi psikologis seperti itu tidak terjadi pada anak, maka kedua orang tuanya jika ingin bercerai, bercerailah dengan cara yang baik-baik.
"Tapi kalau perpisahan dengan cara yang baik, tetap saja ditanamkan penghormatan kepada ayahnya, sang ibu ngajarin, nggak broken dia. Dalam islam ada perceraian tapi dengan cara yang baik," pungkas Buya Yahya. (Serambinews.com/Firdha Ustin)
Baca juga berita lainnya
Baca juga: Bukan Raffi Ahmad, Apalagi Indra Kenz dan Doni Salmanan, Inilah 7 Crazy Rich Indonesia Sesungguhnya
Baca juga: Penyebab Suami Baby Margaretha Meninggal, Kenali Bahaya Penyakit Kolesterol Bagi Tubuh
Baca juga: Miliki 6.000 Lebih Koleksi, Dinas Perpustakaan Aceh Singkil Layani Pinjam Buku Gratis