Internasional

Afghanistan Gandeng China, Proyek Pertambangan Raksasa Bernilai 1 Triliun Dolar AS Segera Dibangun

Taliban penguasa Afghanistan menggandeng China untuk menggarap proyek pertambangan raksasa yang bernilai 1 triliun dolar AS atau sekitar Rp 14.000

Editor: M Nur Pakar
AP
Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi (kanan) berdiri bersama Mullah Abdul Ghani Baradar, Pejabat Perdana Menteri Taliban di Kabul, Afghanistan, Kamis (24/3/2022). 

Analis politik Abdul Hai Qanit juga mengatakan bahwa menarik investasi adalah salah satu prioritas utama otoritas Afghanistan.

“Mereka akan berharap untuk meyakinkan China agar lebih banyak berinvestasi di Afghanistan. China juga bertujuan untuk ini,” katanya kepada Arab News.

Ia menambahkan, negara-negara kawasan lainnya juga melakukan upaya untuk meningkatkan konektivitas dan keamanan kawasan.

“Negara-negara tetangga menyadari bahwa Afghanistan yang stabil dan terhubung akan meningkatkan integrasi regional dan pembangunan ekonomi,” katanya.

Baca juga: Aturan Baru Taliban: Wajibkan PNS Afghanistan Berjenggot dan Berserban, Perempuan Dilarang Sekolah

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan awal pekan ini bahwa dengan menjadi tuan rumah pertemuan ketiga para menteri luar negeri tetangga Afghanistan,

“China berharap untuk mengumpulkan lebih banyak konsensus tentang masalah Afghanistan dari negara-negara tetangga” untuk bersama-sama menstabilkan negara.

Dia juga mengatakan bahwa Beijing berharap untuk “bekerja di pihak Afghanistan untuk membangun struktur politik yang terbuka dan inklusif.”

Karena pemerintah Taliban masih kurang mendapat pengakuan internasional, pertemuan mendatang mungkin tidak membawanya dari pihak China.

“Dari sudut pandang China, waktu untuk pengakuan belum tiba,” Torek Farhadi, mantan penasihat pemerintah Afghanistan, mengatakan kepada Arab News.

“China menginginkan pemerintahan yang inklusif di Kabul dan melihat stabilitas jangka panjang dimungkinkan dengan cara ini.”

Taliban kembali berkuasa pada pertengahan Agustus, dua dekade setelah tugas pertama mereka berkuasa dari 1996 hingga 2001.

Sementara mereka telah berjanji untuk membentuk pemerintahan inklusif, tidak seperti selama pemerintahan pertama mereka.

Taliban akhirnya memasang pemerintahan khusus laki-laki hanya Taliban, dan membatasi hak-hak perempuan.

Pertemuan ketiga menteri luar negeri Afghanistan akan datang setelah kekhawatiran baru atas kurangnya inklusivitas di bawah pemerintahan Taliban.

Baca juga: Puluhan Ribu Gadis Muda Afghanistan Bergembira, Taliban Izinkan Kembali Sekolah

Pekan lalu, Taliban melanggar janji membuka kembali sekolah untuk anak perempuan di luar kelas enam.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved