Jurnalisme Warga
Seudati, Tarian Perang yang Semakin Langka
Hal ini perlu penelitian lebih lanjut! Ini menunjukkan bahwa tarian seudati berasal dari kesenian dakwah pada mulanya

Menyaksikan tingkah laku gerakan, tarian seudati dapat disebut tarian perang atau tarian pahlawan.
Dengan menepuk dada dan petik jari (keutrep jaroe), mereka menggambarkan bagaimana ketangkasan serta keberanian putra-putri Aceh ketika melawan serdadu Portugis -Belanda tempo dulu.
Baca juga: Nagan Juara Festival Seudati
“Na katuri kee, meunye beuhe tajo keunoe (Inilah aku, kenalkah kamu? Kalau berani maju ke sini!) Itulah gambaran keberanian yang tersirat ketika pemain menepuk dada (peh dada) secara serentak.
Gema dari peh dada, keutrep jaroe (petik jari) dan entakan kaki di lantai pentas/ panggung, membikin suasana tarian seudati riuh rendah bersemangat.
Menyebabkan mata si penonton terbelalak sepanjang malam.
Dari kata-kata panggilan sesama pemain, dapat disimpulkan bahwa tarian seudati merupakan lukisan kehidupan sebuah keluarga dari masyarakat Aceh yang sering menghadapi banyak tantangan.
Walaupun banyak rintangan anggota keluarga tidak pernah putus asa, jalan pemecahan problema tetap dicari.
Anggota pemain menyebut syekh (pimpinan) sebagai ayah, dua anak seudati memanggil pemain lainnya sebagai aduen (abang), sebaliknya keduanya di sebut adoe (adik).
“Pakriban keu lon aduen e, hom hai adoe boh hate, watee lon pike hanco lam dada”.
“Bak pi-e tan peng di dalam jaroe, supot lam nanggroe peungeuh lam rimba” (Bagaimana nasib saya hai abangku, aku nggak tahu wahai adinda, kalau terus kupikirkan luluh rasanya hati kakanda.
Akibat tak punya uang di tangan, gelap dalam negeri terang dalam rimba).
Bermacam jenis lagu serta irama dapat dibawakan dalam tarian seudati, baik dalam bahasa Aceh, bahasa Indonesia dan India.
Demikian pula iramanya, sejak irama dangdut, keroncong, padang pasir atau Hindustan.
Kisah dari lagu-lagu tersebut juga bervariasi.
Baik tentang perubahan zaman, mendorong rakyat membangun, lukisan keindahan alam, kehidupan rakyat, mengkritik pemimpin yang tidak becus, dan sebagainya.