Kupi Beungoh
Tarhib Ramadhan dan Khanduri Makmeugang Woyla Raya
Nah di Woyla, ada tradisi makmeugang juga sama dengan daerah lain di Aceh, namun yang membuat berbeda adalah, ada khanduri makmeugang di setiap rumah.
Yang “diburu” oleh anak-anak adalah peung ideukah, kalau daging, leumang, tapee dan leupek atau timphan, memang sudah over kapasiti perut karena mulai dari pagi sampai tengah malam.
Bayangkan, apalagi sempat tiga hari makmeugang.
Hakikatnya khanduri makmeugang ini adalah tarhib Ramadhan (menyambut puasa), di Woyla kenduri ini ini bertujuan agar fakir miskin dan kaum dhuafa merasakan juga daging yang terkadang ada setahun sekali makan daging.
Juga untuk samadiah kepada arwah ahlu bait yang menyediakan khanduri.
Khanduri juga sangat bermanfaat untuk mensuplai protein dan nutrisi untuk tubuh agar sehat dan kuat menghadapi puasa disiang hari sebulan penuh.
Mulai tergerus
Tradisi dan budaya lokal itu ulai tergerus oleh budaya jak u pante, awal tahun 2000-an para pemuda dan remaja sudah mulai meninggalkan kebiasaan baik ini.
Bahkan sudah mulai ikut budaya import, muda mudi boncengan dengan teman pria-wanitanya.
Apalagi di tahun 2022 ini sudah sangat jarang ada khanduri makmeugang, disamping harga daging sangat tidak terjangkau, juga tradisi baik ini mulai memudar.
Kita berharap, ada kepekaan sosial dan kepedulian akan adat istiadat dari lembaga otoritas yang dalam hal ini ada Majlis Adat Aceh (MAA) dan juga MPU serta para tokoh adat dan tokoh masyarakat untuk kembali menghidupkan budaya mulia berupa tarhib Ramadhan.
Bukankah kita sering bilang dalam narit madja, “Mate aneuk mupat jeurat, mate adat, hana
pat mita.”
*)Penulis Rustami ST adalah warga asal Glee Siblah, Kecamatan Woyla, Aceh Barat, juga Ketua Paguyuban- Woyla Meutaloe Wareh (WMW).
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis