Internasional
Oligarki Rusia Sebut Wajib Militer Akan Berakhir di Peti Mati, Jika Dikirim ke Ukraina
Oligarki Rusia yang diasingkan Mikhail Khodorkovsky mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin dapat menghadapi reaksi politik besar-besaran.
SERAMBINEWS.COM, LONDON - Oligarki Rusia yang diasingkan Mikhail Khodorkovsky mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin dapat menghadapi reaksi politik besar-besaran.
Jika dia terus mengirim sejumlah besar tentara wajib militer dari kota-kota besar di Rusia untuk berperang di Ukraina.
Selama wawancara dengan Dewan Atlantik, Khodorkovsky berpikir Putin akan mengirim gelombang wajib militer baru ke Ukraina.
Setelah NATO memperkirakan 7.000 hingga 15.000 tentara Rusia tewas dalam perang Ukraina.
Dilansir Business Insider, Rabu (6/4/2022), skenario itu mungkin menjadikan nilai kehidupan manusia di Rusia, tidak setinggi yang diinginkan orang Rusia.
"Terutama ketika kita berbicara tentang orang-orang yang tinggal di Kaukasus utara, atau orang-orang yang tinggal di desa-desa kecil dan pemukiman," kata Khodorkovsky.
Baca juga: Barat Akan Tutup Celah Negara Penampung Oligarki Rusia, Sanksi Keras ke Kremlin Akan Ditambah
"Mengetahui hal ini, Putin membawa tentaranya secara khusus dari tempat-tempat itu, dan membayar uang sebanyak itu untuk kematian mereka, memaksa kerabat dekat mereka tutup mulut," ujarnya.
Pada 9 Maret 2022, setelah berminggu-minggu menyangkal, pemerintah Rusia mengakui mereka telah mengirim wajib militer muda ke Ukraina.
Khodorkovsky ditanya tentang kemungkinan Putin mengirim 100.000 hingga 200.000 lebih tentara wajib militer ke Ukraina, yang katanya akan menjadi keputusan politik yang sangat berat bagi presiden Rusia itu.
"Tanpa diragukan lagi, langkah seperti itu, jika Putin terpaksa mengambilnya, akan menjadi beban politik yang sangat berat baginya," jelasnya.
"Dan terlebih lagi, dia bisa memanggil satu juta orang, tapi kemudian kota-kota besar akan berakhir di peti mati," kata Khodorkovsky.
"Kota-kota besar di mana opini publik sama sekali berbeda mengenai nilai kehidupan manusia, dan bagi Putin itu akan menjadi masalah besar menjelang transfer kekuasaan pada 2024," ungkapnya.
Baca juga: Turki Siap Terima Oligarki Rusia yang Lari ke Negaranya Sebagai Turis Atau Investor
Khodorkovsky sebelumnya seorang taipan minyak yang tinggal di Rusia dan dipenjarakan oleh pemerintah Putin pada tahun 2003 setelah didakwa dengan kejahatan keuangan.
Selama sembilan tahun dipenjara, dia menyatakan dipenjara karena alasan politik.
Sejak dibebaskan pada 2013, Khodorkovsky telah menjadi anggota aktif oposisi Rusia di pengasingan.