Salam
Belum Ada Pola yang Efektif Mengawasi BBM Bersubsidi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengingatkan bahwa pendistribusian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengingatkan bahwa pendistribusian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi harus tepat sasaran kepada masyarakat yang memang berhak mendapatkannya.
“Kita temui, BMM bersubsidi itu banyak dikonsumsi oleh industri atau kendaraan-kendaraan angkutan industri.
” Peringatan dan temuan menteri itu bukanlah hal yang baru.

Sudah berpuluh tahun hal itu terjadi.
Berpuluh tahun pula sudah pemerintah berusaha mencari pola yang pas untuk penyaluran BBM bersubsidi agar tepat sasaran.
Nyatanya, hingga kini BBM bersubsidi banyak bocornya ke pihak-pihak yang bukan sasaran.
Kita mengapresiasi pemerintah yang tidak menaikkan harga BBM jenis kebutuhan terbesar masyarakat, walaupun kita tahu harga minyak mentah dunia akhir-akhir ini melonjak tajam.
Hal itu tentunya berdampak terhadap porsi subsidi energi khususnya subsidi BBM yang dikeluarkan pemerintah semakin besar.
Baca juga: Program Stiker Perlu Diberlakukan Kembali agar Penyaluran BBM Bersubsidi Tepat Sasaran
Baca juga: Polisi Amankan Dua Warga Banda Aceh, Angkut BBM Bersubsidi Tanpa Izin
” Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyatakan, "Naiknya harga komoditas seperti harga minyak mentah dunia dan batu bara, tentu akan menjalar kepada harga harga kebutuhan pokok di tingkat konsumen.
Oleh karena itu, untuk menjaga daya beli masyarakat, pemerintah berencana untuk menambah subsidi energi di tahun ini.
Kita sangat sadar, bahwa sisa tahun ini, yakni 10 bulan ke depan karena situasi geopolitik, kita akan mengantisipasi tekanan yang cukup besar, terutama karena naiknya harga komoditas.
" Baru-baru ini, dari empat jenis BBM nonsubsidi yang didistribusikan PT Pertamina (Persero), baru tiga jenis BBM yang harganya sudah disesuaikan, yaitu Petamax Turbo, Pertadex, dan Dexlite, yang volume penjualannya hanya 3 % saja.
Sedangkan Pertamax yang volumenya sekitar 14 %, harganya masih tetap bertahan sejak lebih dari dua tahun lalu, yaitu Rp 9.000 per liter.
Kembali ke soal peyaluran BBM bersubsidi yang masih belum tepat sasaran.
Di banyak SPBU, BBM bersubsidi lebih banyak dikonsumsi kalangan tak berhak dibanding masyarakat yang kecil yang berhak mendapatkannya.