Rekam Jejak Rasmus Paludan, Politikus Kontroversial Swedia yang Bakar Al-Quran, Pernah Dipenjara
Kejadian itu memicu 200 demonstran melempar batu kepada polisi yang mendampingi Paludan pada saat pembakaran.
Penulis: Faisal Zamzami | Editor: Faisal Zamzami
Mengutip via Jyllands-Posten, Rasmus Paludan lahir di Denmark dari keluarga Swedia-Denmark pada 2 Januari 1982.
Namun pada 2020 silam ia telah mendapatkan kewarganegaraan Swedia.
Paludan menempuh pendidikan dan mendapat gelar sarjana dari University of Copenhagen, Denmark.
Gelar itu membawanya sebagai akademisi dan staf pengajar di Universitas tersebut sebelum resmi menjadi politikus.
Semenjak aktif berpolitik, Paludan mengedepankan prinsip anti-migrasi -- terutama jika berasal dari negara berbasis Islam.
Baca juga: Demo Menentang Pembakaran Al-Quran di Swedia Ricuh
Baca juga: Finlandia dan Swedia Berencana Gabung NATO, Rusia Ancam dengan Serangan Nuklir
Dirikan partai Stram Kurs
Untuk mempermulus ideologi politiknya itu, Paludan mendirikan partai Stram Kurs di Denmark pada 2017 dengan haluan sayap kanan.
Sejak saat itu, Paludan aktif dalam mengkampanyekan sikap anti Islam bernadakan rasisme dan pernah membakar Alquran pada 2020 silam.
Paludan menggambarkan aksinya tersebut sebagai bentuk "membela rakyat sebangsanya" di Swedia.
Ia melihat aksinya itu sebagai hak kebebasan berbicara dan kebebasan beragama.
Pernah Dipenjara
Akibat ulahnya, Paludan tak jarang terlibat dalam berbagai kasus, kemudian berujung jeruji besi.
Salah satunya pada Juni 2020, ketika ia dijatuhi hukuman penjara tiga bulan akibat mengekspresikan pandangan rasial.
Sikap berani dari Paludan juga menjadikannya target empuk untuk beberapa serangan dan upaya pembunuhan.
Pada Juni 2020, Paludan bahkan nyaris ditikam hingga tewas oleh seorang tak dikenal yang berlari ke arahnya sambil membawa pisau.