Breaking News

Opini

Kembali ke Fitrah .

Pasca Ramadhan setiap mukmin diibaratkan seperti baru lahir dari rahim ibunya masing-masing, dalam keadaan bersih, fitrah tanpa dosa

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Kembali ke Fitrah  .
For Serambinews.com
ABDUL GANI ISA Staf Pengajar Pascasarjana UIN Ar-Raniry/Anggota MPU Aceh

Awshilulrahmi, salah satu di antara tiga hal lainnya sebagai “pembuka anak kunci surga” yaitu (a) menyembunyikan musibah, (b) menyembunyikan sedakah, dan (c) sering mengucapkan “La hawla wala quwwata illa billahil ‘aliyil ‘azhim.

Islam memandang silaturrahim sesuatu yang sangat penting, karena silaturahim termasuk akhlak mulia.

Islam mengingatkan pemeluknya untuk tidak memutuskannya, sesuai sabda Rasulullah yang artinya: Tidak akan masuk surga seorang pemutus, yakni pemutus rahim (Muttafaq ‘Alaih).

Allah swt juga menyeru hamba-Nya menyambung silaturrahim, dalam sembilan belas ayat Alquran, antara lain: seperti tercantum dalam surat ar-Ra’d ayat 21.

yang artinya, “dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.

" Hal yang sama ditegaskan dalam hadits: Rasulullah saw, yang artinya: "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia menyambung silaturrahim” (HR.Bukhari Muslim).

Dalam Hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah juga menegaskan yang artinya: Tidak halal bagi seorang muslim untuk memisahkan diri dengan muslim lainnya, melebihi tiga hari”.

Idul fitri sebagai hari raya yang disyariatkan telah melahirkan seperangkat nilai dan tradisi agamis yang terpelihara dengan baik dalam komunitas muslim di seluruh penjuru tanah air ini.

Tradisi saling kunjung, bersalaman antar sesamanya telah begitu melekat dalam jiwanya, seolah-olah kurang afdhal bila kondisi ini ditinggalkan.

Inilah silaturrahim, yang juga dikenal di tanah air kita dengan halal bi halal, di mana setiap yang bertemu terucap kalimat “taqabbalallahu minna wa minkum” minal ‘aidin wal fa idzin, mohon maaf lahir batin, karena semua kita merasa bahagia kembali kepada fitrah (kesucian), meraih kemenangan dan keampunan dari Ilahi Rabbi.

Sekalipun halal bi halal ini tidak secara tegas di syariatkan, tapi telah memberikan arti dan makna yang sangat urgen dalam kehidupan manusia khususnya umat Islam di hari lebaran.

Sebuah atsar menyebutkan; alhalalu bi al-halali fal badi-u bihi a’dham (orang yang meminta di maafkan kesalahannya, seyogianya diampuni kesalahannya itu), maka barang siapa yang lebih dulu memelopori untuk saling maaf memaafkan kesalahan itu, dia sebenarnya orang yang paling hebat (berjiwa besar).

Karena biasanya orang yang bersalah enggan mengakui dan meminta maaf demikian sebaliknya.

Tujuannya tidak lain untuk membulatkan tekad membangun kebersamaan (diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa) menuju kondisi hidup yang lebih baik, lebih terhormat dalam pandangan akhlak terpuji.

Lazimnya saling berkunjung di hari lebaran dari rumah ke rumah (silaturahim) diikuti dengan berjabat tangan (musafahah) mengandung makna-- persamaan, persaudaraan dan perdamaian--yang sangat besar hikmah, manfaat dan indahnya silaturahim dalam Islam, karena mengandung nilai-nilai, antara lain;

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved