Amerika Serikat
Mantan Menhan AS Mark Esper Dalam Bukunya Ungkap Keinginan Donald Trump Invasi Venezuela
Mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat, Mark Esper meluncurkan buku yang di dalamnya mengungkap tentang....
SERAMBINEWS.COM - Mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat, Mark Esper meluncurkan buku yang di dalamnya mengungkap tentang rencana Presiden Donald Trump ingin menggempur Venezuela.
Buku berjudul “Sumpah Suci: Memoar Seorang Menteri Pertahanan Selama Masa Luar Biasa” menyebut pemerintahan Trump berencana menyerang Venezuela.
Penjelasan lengkap terkait pengakuan Mark Esper dan konflik AS-Venezuela ini ditulis Alan McLeod di Mintpressnews.com, Selasa (24/5/2022).
Opsi lengkap plot itu meliputi pembunuhan Presiden Nicolas Maduro, melakukan gelombang serangan teroris terhadap infrastruktur sipil.
Pemerintahan Trump juga berusaha meningkatkan kehadiran tentara bayaran untuk memicu perang teror ala operasi kontra.
Esper juga menegaskan keterlibatan Washington dalam Operasi Gideon, invasi kelompok militer dan tentara bayaran yang gagal ke negara itu.
Operasi ini melibatkan bekas prajurit komando AS yang menggunakan bendera kontraktor sipil di Miami, Florida.
Mereka dilumpuhkan pasukan Venezuela setelah menyeberangi perbatasan laut Kolombia-Venezuela.
Meski nyaris tidak diliput di media barat, pengakuan Esper telah menyebabkan kegaduhan lagi di negara Amerika Selatan itu.
Namun, Diego Sequera, seorang jurnalis investigasi yang berbasis di Caracas, mengatakan kepada MintPress hanya sedikit yang terkejut dengan berita tersebut.
“Ini, di satu sisi, mengejutkan. Tetapi di sisi lain, itu cukup biasa bagi kami di sini,” katanya.
“Berita itu sama sekali tidak mengejutkan, kami di Venezuela sudah terbiasa. Sejak 2004, ketika unit paramiliter Kolombia pertama berencana membunuh Presiden (Hugo) Chavez ditangkap, ada banyak pengungkapan seperti ini,” lanjutnya.
Donald Trump ketika berkuasa mengundang Juan Guaido, pemimpin oposisi yang diakui Washington sebagai Presiden Adinterim Venezuela.
Guaido menjadi tamu kehormatan di pidato kenegaraannya pada 2020. Trump saat itu menyebut Guaido “presiden yang benar dan sah”, dan menerima tepuk tangan meriah politisi Republik dan Demokrat.
Pertemuan Trump dan Guaido dilaporkan di media pada saat itu sebagai "berfokus pada tindakan untuk mencapai demokrasi dan kebebasan."