Jurnalisme Warga
Gunongan, Tribun Tempat Menyaksikan Margasatwa
GUNONGAN adalah sebuah bangunan peninggalan abad 17 dari Kerajaan Aceh Darussalam yang masih dapat disaksikan sisanya di Kota Banda Aceh

OLEH T. A. SAKTI, Peminat manuskrip, melaporkan dari Bale Tambeh, Tanjung Selamat, Aceh Besar
GUNONGAN adalah sebuah bangunan peninggalan abad 17 dari Kerajaan Aceh Darussalam yang masih dapat disaksikan sisanya di Kota Banda Aceh hingga sekarang.
Sebuah manuskrip menyebutkan bahwa Gunongan itu merupakan “panggung besar” tempat pengunjung menyaksikan margasatwa dalam kebun binatang di sekitarnya.
Tahun 1613 setelah menang dalam peperangan menyerang Kerajaan Johor yang bersekutu dengan Portugis yang sudah menjajah Kerajaan Malaka sejak tahun 1511, Sultan Iskandar Muda pulang ke Aceh.
Sementara itu, Panglima Perang Malem Dagang, sesudah memasukkan Raja Si Ujud ke dalam penjara, bersama Khuja Pakeh pulang ke Meureudu.
Raja Si Ujud nama samaran Raja Johor yang bernama asli Raja Mansur dan sewaktu menjadi Sultan Johor bergelar Sultan Alauddin Riayat Syah III.
Beberapa lama setelah kembali ke Bandar Aceh Darussalam, Putroe Phang (Putri Pahang) menyampaikan hasrat (keinginan) kepada suaminya Sultan Iskandar Muda.
Putri Pahang menginginkan adanya gunung-gunungan beserta hutan rimba di Kota Banda Aceh (dulu Koetaradja).
Permintaan itu segera disetujui Sultan Iskandar Muda dan berjanji akan segera membangunnya.
Baca juga: Kadispora Aceh dan Mapesa Tata Kompleks Makam Para Petinggi Kerajaan Aceh Darussalam
Baca juga: Kisah Film Ottoman Bantu Kerajaan Aceh, Pria Turki Ini Penasaran Hingga Jatuh Cinta Pada Gadis Aceh
Kisah singkat ini tercantum dalam disertasi Dosen UGM Yogyakarta, Imran T.
Abdullah yang berjudul “Hikayat Meukuta Alam” tahun 1988 halaman 498-500.
Berikut cuplikan terjemahan hikayat berbahasa Aceh itu, “Terhenti kisah Malem Dagang, Mahkota Alam kini kucerita suatu hari Tuan Puteri Pahang ingin memandang gunung dan rimba.
Sabda putri pada Meukuta Alam, yang layak menggenggam alam dunia, 'Ampun Tuanku beribu ampun, tangan kujunjung di jemala! (dahi) Tuanku, hamba mengemis, tunjukkan kasih Paduka Meukuta.
Ampun Tuanku beribu ampun, gunung-gunungan pinta hamba!' Insya Allah Tuan Puteri Pahang, gunung- gunungan kusuruh bangunkan!” Dalam memenuhi janji dengan Putri Pahang, Sultan memerintahkan Bujang (pejabat setingkat menteri) mengerahkan rakyat 2.000 sampai 3.000 orang untuk mengumpulkan bahan bangunan batu gunung.
Bujang segera berangkat ke wilayah Sagi XXII yang daerahnya memang dataran tinggi yang Gunung Seulawah termasuk bagiannya.