Kupi Beungoh
Potensi Wisata Melimpah, Aceh Butuh Sentuhan Pengusaha Visioner
Merujuk trend posistif perkembangan kepariwisataan di Aceh, sebenarnya prospek pemajuan pariwisata di daerah-daerah lainnya
Untuk menyebut beberapa contoh lain adalah kawasan Lembah Seulawah di Aceh Besar yang hijau dan beriklim sejuk sangat cocok dan memiliki kompenen yang cukup lengkap untuk dikembangkan sebagai destinasi agrowisata dan wisata alam. Demikian juga potensi di Pulau Aceh.
Sementara di Pidie yang memiliki sejumlah objek wisata menarik juga belum tampak ada sentuhan pemerintah setempat.
Kawasan Tangse yang dikenal memiliki alam pegunungan dan hamparan sungai berbatu nan jernih, kebun durian, kebun kopi, ikan keureulieng hingga beras alami tangse, tampak belum dianggap sebagai sesuatu yang berpontensi menghasilkan devisa dan kesejahteraan rakyat.
Demikian juga Leukok Keuwieng di pedalaman Kecamatan Padang Tiji dan Guha Tujoh di Kecamatan Muara Tiga, terkesan dibiarkan terbengkalai, tanpa sentuhan apapun.
Khusus Guha Tujoh Laweung sekilas ia tampak lebih indah dan penuh misteri dibanding Batu Cave di Malaysia yang kerap dikunjungi orang-orang India dan Indonesia.
Di tengah potensi wisata yang melimpah itu, Pidie tetap saja berada dalam list kabupaten dengan angka kemiskinan tertinggi di Aceh bersama Singkil dan Gayo Lues.
Baca juga: Dua Destinasi Wisata Aceh Tengah Masuk Nominasi API Award 2022
Orang Pidie banyak yang sukses ketika mereka keluar dari kampungnya atau merantau. Kiranya Bupati Pidie, Roni Ahmad SE MM, perlu mengundang pulang perantau asal Pidie untuk membahas dan membangun potensi wisata yang belum tersentuh.
Maka itu sebagaimana ke trend di dataran tinggi Gayo dan Aceh Selatan, inisiatif positif di sektor kepariwisataan di kedua daerah ini perlu ditingkatkan levelnya pada skup Aceh sehingga dapat menstimulasi berkembangnya destinasi-destinasi wisata baru dan menarik di daerah-daerah lainnya di Aceh sekaligus menyambung dan selaras dengan trend di tingkat nasional.
Kita tahu bahwa pada tingkat nasional Pemerintah Pusat punya mimpi besar menggenjot pariwisata Indonesia dengan proyeksi 10 “Bali baru”; Danau Toba - Sumatera Utara, Tanju Kelayang – Bangka Belitung, Kepulauan Seribu – Jakarta, Tanjung Lesung – Banten, Borobuur – Jawa Tengah, Bromo Tengger-Semeru - Jawa Timur, Mandalika – Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo – Nusa Tenggara Timur, Wakatobi – Sulawesi Tanggara, dan Morotai – Maluku.
Dari 10 destinasi ini, 4 diantaranya, yaitu Mandalika, Tanjung Lesung, Tanjung Kelayang, dan Morotai malah telah dikembangkan dalam skema KEK, Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata.
Sementara di tingkat global dimana-mana pariwisata telah menjadi sektor unggulan pengungkit ekonomi banyak negara di dunia. Banyak negara kini berlomba-lomba meningkatkan PDB-nya melalui sektor pariwisata.
Sekadar gambaran, merujuk pada International Tourism Trends 2018, World Tourisme Organization, Total International Tourist Arivals, tercatat sebesar 1,325 juta US $, dengan Total International Tourist Receipts sebesar 1,340 milyar US $. Angka yang cukup besar dan tentunya berdampak signifikan terhadap perekonomian global.
Aceh - Malaysia - Thailand
Jadi, jika di tingkat nasional dan global pariwisata telah menjadi sektor unggulan dan seksi, maka tentu dengan segala modalitasnya tak ada alasan Aceh untuk tak serius menggarap sektor ini dalam rangka mendongkrak perekomiannya. Konon lagi Aceh memiliki modal sekaligus keunggulan.
Pertama, memiliki diversifikasi destinasi wisata yang cukup lengkap dan tak kalah menarik, indah, dan mengundang dibanding daerah-daerah lain di Indonesia.