Kupi Beungoh
Potensi Wisata Melimpah, Aceh Butuh Sentuhan Pengusaha Visioner
Merujuk trend posistif perkembangan kepariwisataan di Aceh, sebenarnya prospek pemajuan pariwisata di daerah-daerah lainnya
Aceh memiliki banyak ragam wisata tematik mulai dari bahari, agrowisata, ekowisata, wisata sejarah, agama, budaya, kuliner, tsunami, riset, plus wisata minat khusus.
Kedua, dari sisi pasar, Aceh paling dekat dengan tiga pintu gerbang masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia, yaitu Thailand (Bangkok, Pattaya, dan Phuket), Malaysia (Langkawi, Penang, Kuala Lumpur) dan Singapura.
Ketiga, meski masih perlu peningkatan, namun secara umum Aceh adalah daerah dengan indeks pembangunan infrastruktur kelompok terbaik di Indonesia. Ini tentu saja sangat menunjang bagi kemajuan kepariwisataan di daerah ini.
Dengan tiga keunggulan kompetitif ini sebenarnya Aceh memiliki daya tawar yang kuat untuk diintervensi sebagai destinasi wisata strategis dan prioritas nasional, baik dalam skema KEK pariwisata maupun proyeksi Bali baru.
Sangat besar peluang kita untuk mendistribusikan perkembangan dan pemajuan pariwisata di destinasi-destinasi potensial lainnya di Aceh, baik di pesisir Barsela, Pulau Banyak, dataran tinggi Gayo, dan Pantai Utara Timur, agar sejajar dengan Sabang sebagai destinasi wisata bertarat internasional, untuk kemudian bersama-sama mengangkat derajat Aceh sebagai destinasi wisata berkelas dunia, seperti yang telah dicapai Bali dan Lombok.
Maka untuk itu, diperlukan diplomasi program yang lebih serius, intens, dan kontinyu agar pariwisata Aceh “terdeteksi radar” kebijakan pusat dan dimasukkan dalam peta pengembangan pariwisata strategis dan prioritas nasional.
Agar Aceh Tak Lagi Miskin
Pemajuan sektor pariwisata di Aceh juga menjadi sangat relevan karena ia adalah strategi paling mudah, murah, dan cepat menjawab isu sensitif yang selama ini menjadi problem klasik di Aceh; kemiskinan.
Alasannya, pertama, investasi pariwisata adalah investasi yang terbuka dan inklusif mulai dari skup besar, menengah, hingga kecil, skala industri hingga UMKM, bahkan individu. Semua bisa terlibat dan berkontribusi.
Kedua, kemajuan pariwisata memberi multiplier effects yang luas baik bagi usaha perhotelan, travel, kuliner, souvenir, jasa guide, angkutan umum, dan lain sebagainya.
Ketiga, resiko investasi pariwisata relatif kecil, sehingga kemajuannya berpeluang memberi dampak permanen dan berkelanjutan.
Dengan ketiga karakter ini, maka sektor pariwisata adalah sektor produktif yang efektif menjadi stimulan bagi pertumbuhan sektor riil lainnya hingga pada gilirannya akan berdampak positif terhadap pengurangan kemiskinan sekaligus income generating rakyat Aceh.
Strategi
Modal dan peluang, geostrategis sebagai destinasi terdekat dengan pasar, serta trend positif investasi di tingkat lokal. Ini semua adalah prakondisi, faktor-faktor pemungkin bagi lompatan kemajuan kepariwisataan Aceh di masa-masa yang akan datang.
Untuk memperkuat dan mempercepat target capaian kemajuan pariwisata Aceh tersebut, maka setidaknya ada empat strategi yang perlu dilakukan.