Kupi Beungoh
Potensi Wisata Melimpah, Aceh Butuh Sentuhan Pengusaha Visioner
Merujuk trend posistif perkembangan kepariwisataan di Aceh, sebenarnya prospek pemajuan pariwisata di daerah-daerah lainnya
Pertama, mendorong peran yang lebih besar dari pihak swasta dalam memajukan kepariwisataan di Aceh. Alih-alih heavy on government, sudah saatnya kita mempromosikan pendekatan heavy of privat.
Jadi swastanya yang berdiri di depan untuk berperan lebih besar seperti pada contoh kasus di Aceh Tengah. Pemerintah hanya memfasilitasi dari sisi regulasi dan pembangunan serta peningkatan infrastruktur dasar; jalan, pelabuhan, bandara, plus penyediaan moda transportasi publik.
Kedua, mengkoneksikan destinasi-destinasi wisata unggulan di Aceh, Sabang - Banda Aceh dan sekitarnya, Poros Tengah, Pantai Utara-Timur, dan Pesisir Barsela melalui jalur udara, laut, dan darat, dan seiring perkembangannya dapat ditunjang dengan memperbanyak moda transportasi kapal cepat untuk jalur laut dan pesawat amphibi (bisa landing di air) khususnya untuk Pulau Banyak, untuk jalur udara
Ketiga, mendirikan “Aceh Corner” di bandara-bandara di tiga negara tetangga yang menjadi gerbang masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia; Thailand, Malaysia, dan Singapura, sebagai pusat informasi dan promosi pariwisata Aceh.
Saudagar Aceh di Malaysia, Jafar Insya Reubee, pernah menyatakan kesediaannya untuk mengelola Aceh Corner di Airport KLIA secara percuma. Artinya Pemerintah Aceh cukup menyediakan satu pojok di KLIA dan Jafar akan mengelola dengan tanpa honor (Saudagar Aceh di Malaysia, Minta Pemprov Buka Outlet Promosi di KLIA, Serambi 24/8/2019).

Keempat, membuka direct flight, penerbangan langsung dari dan ke ketiga negara tersebut dalam rangka memperkuat aspek aksesibilitas dengan posisi bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) sebagai pintu masuk utama.
Sementara Kualanamu tetap kita terima sebagai bonus, untuk memastikan rakyat Aceh adalah penerima manfaat terbesar dari kemajuan pariwisata di daerahnya.
Sehubungan saat ini Aceh sedang dalam pemilihan Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN), maka sejatinya calon ketua ke depan memiliki jaringan nasional dan internasional dalam membuka akses menghidupkan perdagangan dan industri pariwisata Aceh ke depan.
KADIN Aceh ke depan diharapkan tidak lagi terdiri dari figur-figur yang mengandalkan bisnisnya pada proyek-proyek pelelangan atau “agen proyek” APBA. Adakah figur dengan kriteria dimaksud dari para calon Ketua KADIN Aceh yang sudah mendaftar?
Lalu, maukah peserta musyawarah KADIN memilih sosok dengan kualifikasi tersebut di atas sebagai Ketua KADIN Aceh yang baru agar perdagangan dan industri pariwisata dan UMKM di Aceh berkembang hingga level nasional dan internasional? Semoga!
Banda Aceh, 28 Mei 2022
PENULIS Bulman Satar dan Hasan Basri M. Nur, Pemerhati Pembangunan, tinggal di Banda Aceh, email: bulman.satar03@gmail.com, hasanbasrimnur@gmail.com.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca juga: Fakta-fakta Sungai Aare Lokasi Hilangnya Eril, Arusnya Kuat Tapi Favorit Wisatawan
Baca juga: Tiongkok Segera Gelar Latihan Militer di Laut Cina Selatan, Tutup Area 100 Km Persegi