Kisah Sukses Perantau Aceh
Kisah Diaspora Aceh – 10 Tahun Tidur di Atas Tong Pasar Minggu, Iskandar Kini Bos 5 Cabang Mie Aceh
Mereka memutuskan pergi dari kampung halamannya karena keadaan Aceh yang kala itu berstatus Daerah Operasi Militer (DOM).
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM – Kalau mau perubahan hidup ke arah lebih baik, maka berhijrahlah.
Jika tidak berhasil di suatu tempat, maka berpindahlah ke tempat lain.
Karena rezeki adalah rahasia Ilahi yang kebanyakan tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus dijemput dengan keikhlasan.
Untaian kalimat ini seakan menjadi rangkuman dari perjalanan hidup Iskandar, owner Mie Aceh Kurnia, di Bogor Jawa Barat.
Iskandar (47 tahun) adalah pria asal Sanggeu, Kabupaten Pidie.
Ia mulai merantau ke Jakarta pada tahun 1994, setelah menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Sigli.
Saat itu, Iskandar pergi merantau ke Jakarta bersama 6 rekan sebaya dan sekampung dengan dirinya.
Mereka memutuskan pergi dari kampung halamannya karena keadaan Aceh yang kala itu berstatus Daerah Operasi Militer (DOM), serta ingin mendapatkan masa depan yang lebih baik.
Mereka hanya membawa uang sekedarnya, cukup untuk ongkos bus PMTOH dari Sigli hingga ke Jakarta, senilai Rp 75 ribu.
Di Jakarta, Iskandar memutuskan untuk mencoba peruntungannya di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Delapan tahun lamanya Iskandar tinggal di dalam pasar yang kala itu menjadi tujuan utama para perantau asal Aceh yang ingin bekerja di Jakarta.
Selama delapan tahun itu, Iskandar bekerja serabutan, mulai dari berdagang sayur, hingga menjadi kuli pasar.
Malamnya, dia tidur di atas tong sayur yang berada di emperan kios dalam pasar tersebut.
Hingga suatu hari pada tahun 2002, Iskandar mendapatkan kabar bahwa orang tuanya di kampung sakit keras.
Iskandar yang kala itu masih hidup morat-marit, harus mengutang ke sana kemari, untuk ongkos pulang ke kampung halamannya.