Kisah Sukses Perantau Aceh
Kisah Diaspora Aceh – 10 Tahun Tidur di Atas Tong Pasar Minggu, Iskandar Kini Bos 5 Cabang Mie Aceh
Mereka memutuskan pergi dari kampung halamannya karena keadaan Aceh yang kala itu berstatus Daerah Operasi Militer (DOM).
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Tujuannya hanya untuk melihat kondisi orang tuanya yang sedang sakit keras.
“Itu adalah pertama kali saya pulang kampung, setelah delapan tahun di perantauan. Saat itu, saya masih harus menumpang bus PMTOH, karena tidak mampu naik pesawat. Bahkan uang untuk pulang pun harus ngutang,” kisah Iskandar dalam wawancara dengan Serambinews.com, di Bale KUPI (Keluarga Ureung Pidie) di Jalan Rawa Gede Raya Nomo2 2 RT 007 RW 02 Jati Melati, Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu 21 Mei 2022.
Baca juga: VIDEO Putra Aceh Ismail Rasyid di Pertemuan Pengusaha Dunia di Dubai
Baca juga: VIDEO Bertemu Pelaku Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno Sebut Mie Aceh Bisa Mendunia
Setahun di kampung, pada tahun 2003 Iskandar memutuskan untuk kembali ke Jakarta.
Dia masih terobsesi dengan rekan-rekannya dan kisah-kisah orang-orang yang telah meraih kesuksesan di rantau.
Apalagi, kondisi Aceh yang sempat damai sesaat setelah pencabutan status DOM pada tahun 1998, kembali bergejolak.
Iskandar kembali ke Jakarta dengan bus PMTOH, beberapa hari setelah pemerintah pusat menetapkan status Darurat Militer di Aceh.
“Saat itu saya pulang hanya untuk melihat kondisi orang tua saya yang sakit. Kalau bukan karena itu, saya tidak pulang karena memang tidak punya uang untuk ongkos pulang,” ujarnya.
Jadi Pedagang Keliling Jawa-Bali
Dalam perantauan kedua kali ini, Iskandar kembali ke Pasar Minggu.
Setelah enam bulan melihat nasibnya juga tidak berubah, dia mulai mencoba keluar dari zona pasar dan mencoba peruntungan di tempat lain.
Berbekal jaringan yang dimilikinya selama di Pasar Minggu, Iskandar menjadi pedagang keliling Pulau Jawa hingga Bali.
Dia ikut dalam sebuah kelompok pedagang yang membawa dagangan dengan truk, dengan tujuan membuka lapak di pasar-pasar dadakan atau hari pekan, pameran, serta hari-hari besar lainnya, di berbagai wilayah di Pulau Jawa hingga Bali.
Lima tahun lamanya Iskandar menjalani kehidupan berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lain berkeliling Pulau Jawa dan Bali.
Selama lima tahun itu pula, Iskandar tidak pernah lagi pulang ke kampung halamannya.
Hingga pada tahun keenam perantauan kali keduanya ini, Iskandar bertemu dengan seorang pedagang pakaian asal Sumatera Barat.