Salam
Harusnya Kita Berusaha Kurangi Pakai Plastik
ESN dan Perkumpulan Telapak Teritori Aceh mengungkapkan bahwa air Krueng Aceh selama ini terkontaminasi mikroplastik
Satu penelitian dari Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) dan Perkumpulan Telapak Teritori Aceh pada Sabtu dan Minggu (28-29/5/2022), mengungkapkan bahwa air Krueng Aceh selama ini terkontaminasi mikroplastik.
“Polanya semakin ke arah hilir jumlah mikroplastik makin bertambah.
Jenis yang paling banyak mencemari air sungai adalah jenis fiber atau partikel mikroplastik yang berbentuk benang," ungkap peneliti.
Jenis fiber ini bersumber dari tekstil atau bahan pakaian polyester yang dicuci kemudian benang-benangnya rontok dan mengalir melalui bilasan air menuju ke sungai.
Dengan menggunakan mikroskop pembesaran 40-400 kali bisa ditemukan hingga 150 partikel mikroplastik dalam 100 liter air sungai Krueng Aceh yang selama ini menjadi sumber bahan baku bagi beberapa PDAM di Aceh.
Temuan mikroplastik di Krueng Aceh juga karena banyaknya sampah plastik yang dibuang ke sungai, seperti tas kresek, sachet makanan, styrofoam, popok bayi dan packaging (bungkus) personal care, seperti sachet shampo, sabun, detergen cuci, dan botol plastik minuman.
"Sampah plastik sekali pakai yang dibuang ke sungai akan terfragmentasi (terpecah) menjadi serpihan plastik kecil berukuran kurang dari 5 mm yang disebut mikroplastik," sebutnya.
Peneliti mengingatkan, mikroplastik ini termasuk kategori senyawa penganggu hormon.
Sebab, dalam proses pembuatan plastik ada banyak bahan kimia sintetis tambahan dan sifat mikroplastik yang hidrofob atau mudah mengikat polutan dalam air.
Baca juga: Krueng Aceh Terkontaminasi Mikroplastik
Baca juga: Peneliti Sebut Mikroplastik di Krueng Aceh Ancam Kesehatan Manusia
"Mikroplastik yang masuk dalam air akan mengikat polutan di air seperti logam berat, pestisida, detergen dan bakteri patogen," sebutnya.
Jika mikroplastik tertelan manusia melalui ikan, kerang, dan air, maka bahan polutan beracun akan berpindah ke tubuh manusia dan menyebabkan gangguan hormon.
"Mikroplastik juga menjadi media tumbuh bagi bakteri pathogen" .
Para peneliti menyatakan keprihatinannya karena banyak "Masyarakat belum menyadari bahayanya sampah plastik, sehingga kami melihat banyak sampah plastik tercecer tidak terkelola dan dibakar.
" Hasil penelitian itu mengingatkan kita pada pertengahan November 2018 ketika masyarakat kita bahkan internasional dikagetkan oleh bangkai paus sperma sepanjang hampir 10 meter terdampar di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Dan, enam kilogram sampah plastik yang ditemukan dalam perut paus tersebut diduga sebagai penyebab utama kematiannya.